Sapi Madura Berpotensi Jadi Wisata Premium

Sapi sonok
Sejumlah sapi sonok saat dipertontonkan pada ajang kontes. (Foto: Dokumen MID)

maduraindepth.com – Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menggelar diskusi pengembangan wisata premium berbasis sapi Madura di Hotel Front One, Pamekasan, Kamis (10/11). Berkolaborasi dengan Pemkab Pamekasan, kegiatan itu merupakan salah satu upaya mengembangkan wisata premium berbasis sapi Madura.

Perlu diketahui, diskusi pengembangan wisata premium berbasis sapi Madura yang digelar Agribisnis UTM ini bertujuan untuk mematangkan policy brief yang akan disampaikan kepada Pemkab Pamekasan. Wisata premium ini  dilakukan sebagai ikhtiar pemberian nilai tambah pada sapi Madura agar tidak hanya menjadi komoditas pangan semata.

Peneliti Agribisnis UTM, Andre K. Sunyigono memaparkan, beberapa upaya yang telah dilakukan salah satunya penetapan PAPABARU (Kecamatan Pasean, Pakong, Batumarmar dan Waru) Pamekasan sebagai kawasan penyangga sumber pembibitan Sapi Madura sebagai wilayah konservasi. Sehingga bisa membuka peluang terbentuknya wisata premium.

Diterangkan, ada beberapa potensi unggulan di kawasan PAPABARU, di antaranya tingkat populasi yang mencapai 3.495 ekor sapi. Kemudian populasi sapi sonok relatif besar sekitar 350 ekor untuk menjamin pelestarian plasma nutfah.

“Empat kecamatan ini berpotensi menjadi kawasan pengembangan sapi sonok,” paparnya.

Andre menyebut, ada dukungan kebijakan dalam pengembangan wisata premium sapi Madura. Meliputi, Keputusan Menteri Pertanian RI nomor 150/Kpts/PK.020/2017 tentang penetapan Kabupaten Pamekasan sebagai wilayah sumber bibit sapi Madura yang berada di kawasan PAPABARU, ketetapan Menteri Pertanian nomor 3755/Kpts/HK.040/11/2010 tentang keberadaan sapi sonok sebagai kekayaan plasma nutfah milik Indonesia yang diakui dunia internasional, dan keputusan Bupati Pamekasan nomor 1881/173/432.131/2015 tentang Kecamatan Pasean, Pakong, Batumarmar dan Waru sebagai kawasan pembibitan sapi Madura.

Baca juga:  Marak Tiruan Batik Printing, Pengrajin Batik Tulis Tanjung Bumi Wadul ke DPRD Jatim

BACA JUGA: PAD Tahun 2020 Pamekasan Sektor Pariwisata Tidak Optimal

“Sejauh ini, usaha pembibitan sapi sonok tidak menguntungkan, karena margin keuntungannya rendah, perputaran modalnya lama, resiko usahanya tinggi dan tidak efisien. Potensi budaya sapi sonok masih belum menjadi destinasi unggulan dan utama,” jelasnya.

sapi madura
Diskusi pengembangan wisata premium berbasis sapi Madura yang digelar Agribisnis UTM di Hotel Front One, Pamekasan, Kamis (10/11). (Foto: maduraindepth)

Dia menambahkan, jika wisata premium ini terwujud akan memberikan dampak baik bagi perekonomian masyarakat, sosial, maupun lingkungan. Seperti peningkatan pendapatan peternak. Secara sosial, pelestarian sapi sonok lebih terjamin, juga edukasi terhadap generasi muda tentang sapi sonok.

“Bagi lingkungan, berupa pemurnian plasma nutfah sapi Madura dan menjaga sistem seleksi alami sapi sonok,” tutur Andre.

Perlu Kesinambungan Kebijakan dari Pusat hingga Daerah

Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Pamekasan, Kusaeri mengatakan, kebijakan dan potensi yang telah ada harus diramu dengan tepat. Sehingga mampu menghasilkan strategi teknis dan kerjasama yang apik dalam mewujudkan wisata premium tersebut.

“Madura, terutama Pamekasan memiliki potensi yang seksi dalam wisata. Termasuk sapi Madura yang dimiliki,” kata Kusaeri.

Di sisi lain, Trisno Sudhigdo dari East Java Exotourism Forum (EJEF) mempertanyakan penggunaan kata “premium”. Menurut dia, pengembangan wisata premium berbasis sapi Madura perlu kajian lebih matang. Terutama pada kesinambungan kebijakan pusat hingga daerah, salah satunya terkait rencana induk pengembangan pariwisata.

Baca juga:  Petani di Desa Nepa Panen 10 Ton Semangka

“Selayaknya ini harus berbasis rencana pariwisata lingkup di atasnya. Serta segmentasi pasar yang dituju,” ucapnya.

Pada diskusi itu, Perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Aulia Chloridiani menyampaikan jika Menteri Pariwisara dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mendukung upaya pengembangan wisata berbasis sapi Madura tersebut. Selain itu, dia juga mengingatkan jika upaya pariwisata tak dapat meninggalkan platform media sosial dalam promosi.

“Yang positif dapat saja dipergunakan untuk upaya promosi wisata,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto