PAC GP Ansor Sampang Gelar Kajian Keaswajaan di Pendopo Trunojoyo, Gus Muhib: Jangan Manfaatkan NU

Ketua Pelaksana Harlah GP Ansor ke-90 Lora Moh. Ahnaf saat menyampaikan laporan kegiatan. (FOTO: Arief Tirtana)

maduraindepth.com – Pengurus Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sampang menggelar kajian keaswajaan di Pendopo Trunojoyo, Sabtu (20/4). Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati hari lahir (Harlah) GP Ansor yang ke-90.

Hadir dalam kegiatan itu diantaranya, Pj Bupati Sampang, Ketua MWCNU Sampang, PCNU, Lurah Gunung Sekar, Koramil Sampang dan Polsek Sampang. Kemudian sejumlah tokoh masyarakat dan seluruh Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Sampang.

Tak hanya itu, kegiatan tersebut juga dihadiri Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Muhibbul Aman Aly. Dalam kegiatan ini, ia didaulat sebagai pemateri kajian keaswajaan.

Ketua Pelaksana Lora Moh. Ahnaf berterima kasih kepada semu pihak yang menyukseskan acara Harlah GP Ansor ke-90. Terutama kepada Pj Bupati Sampang yang telah mendukung dan menyediakan tempat dengan fasilitasnya, sehingga acara ini bisa terlaksana.

“Terima kasih Pak Bupati,” tutur Lora Ahnaf saat memberi sambutan.

“Harapan kedepan, GP Ansor selalu semangat untuk terus berkhidmat bersama Nahdlatul Ulama tentunya dalam bimbingan para alim ulama di Kabupaten Sampang,” imbuh Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Khairur Rabbani yang beralamat di Perumahan (Perum) Selong Permai, Kekurahan Gunung Sekar itu.

Hal senada juga disampaikan Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) Ansor Kecamatan Sampang, Lora Hafiduddin Basyir. Ia mengungkapkan, seluruh Banom NU dan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) diundang sebagai bentuk keinginan GP Ansor untuk bersinergi dalam pergerakan.

Baca juga:  GP Ansor se-Madura Kunjungi Rumah Ibunda Mahfud MD, Untuk Ini

“Ansor tidak mampu berjalan sendiri,” ujar Pengasuh Yayasan Al Faizin yang beralamat di Perum Barisan Indah, Kelurahan Gunung Sekar, Kecamatan Sampang, itu.

Sementara itu, KH. Muhibbul Aman Aly, Rais Syuriah PBNU, selaku Narasumber menyampaikan, NU dan pemerintah tidak dapat dipisahkan, sebagaimana pendahulu NU, yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Menurutnya, NU bermitra dan bekerjasama dengan pemerintah bukan sebagai penjilat melainkan untuk membangun bangsa dan negara.

Gus Muhib menuturkan, NU semata-mata didirikan untuk menyebarkan paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dengan niat lillahi ta’ala. Tujuan Ansor semata-mata untuk membantu perjuangan kiai, sehingga NU menjadi garda terdepan dalam menjaga para ulama dalam penyebaran Aswaja.

“Maka jangan sekali-kali memanfaatkan organisasi NU dan Ansor dalam duniawi atau kepentingan pribadi,” pesannya.

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Roudlotul Ulum, Besuk, Kejayan, Pasuruan itu menceritakan asal muasal berdirinya Ansor. Ia menjelaskan, nama Ansor diambil dari kalimat yang ada di dalam Alqur’an.

“Diantaranya diambil dari sejarah Nabi Isa As di Surah Al Imran dan Surah Shof. Selain itu juga terdapat pada sejarah Rasulullah dengan para sahabatnya. Sahabat Nabi terbagi dua kaum, yakni kaum Ansor (Pembela) dan kaum Muhajirin,” terangnya.

Di zaman Nabi, kaum Ansor selalu siap membantu Nabi Muhammad. Sedangkan kaum Muhajirin selalu tanpa pamrih mengeluarkan hartanya untuk membantu Nabi dalam memperjuangkan agama. Bahkan ada yang rela keluar dari rumah dan memberikan hartanya. (RIF/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *