Kisah Pilu Seorang Nelayan di Sampang Pantura

Nelayan Sampang Pantura
Perahu ditambatkan saat nelayan tidak melaut karena cuaca ekstrim. (FOTO: SA/MI)

maduraindepth.com – Akhir tahun tidak menjadi cerita baik bagi warga pesisir yang kesehariannya menjadi nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pasalnya di penghujung tahun 2020 ini, Mawardi (22) harus rela memarkir perahunya cukup lama akibat cuaca yang begitu ekstrim.

Lelaki kelahiran Sampang itu menceritakan terhadap tim liputan maduraindepth.com, bahwasannya sudah hampir dua bulan dirinya tidak melaut akibat ombak yang tidak bersahabat.

“Sementara waktu saya tinggal di rumah dulu, soalnya cuacanya seram, angin kencang disertai ombak yang besar,” ujarnya saat diwawancarai, Ahad (6/12).

Lanjut pria hitam manis tersebut, melaut adalah mata pencarian utama baginya. Namun dengan kondisi seperti saat ini membuat dirinya kebingungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari karena tidak memiliki pekerjaan lain.

“Saya tidak memiliki keahlian yang lain untuk bekerja, jadinya menunggu cuaca normal kembali. Biasanya awal tahun pada bulan kedua sudah normal kembali,” ungkap pria asal Desa Batioh, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang.

Saat ditanya terkait penghasilan perhari ketika bekerja sebagai nelayan, dirinya menjelaskan bahwa cukup jika hanya untuk makan bersama ibu dan saudara-saudaranya. “Biasanya dapat Rp 350-500 ribu beruntung. Tapi sekarang tidak mancing lagi, perahupun dinaikkan ke atas untuk diperbaiki,” jawabnya.

Lelaki yang akrab dipanggil Adi itu berharap semoga ada perhatian dari pemerintah untuk nasibnya. Apalagi saat ini masih masa pandemi yang membuat dirinya tidak bisa beralih profesi untuk mencari pekerjaan yang lain.

Baca juga:  Lima Syarat Harus Dipenuhi Pemdes, Agar Bisa Layani Data Kependudukan Warganya

“Sangat berharap besar terhadap pemerintah untuk memperhatikan kesejahteraan rakyat yang ada di bawah,” harapnya. (SA/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto