maduraindepth.com – Di tengah gencarnya pemerintah menyalurkan bantuan sosial untuk menekan angka kemiskinan dan membantu para lansia, sebuah kisah memilukan justru muncul dari Desa Kara, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang. Di desa kecil itu, ada warga yang hidup dalam kesunyian, kemiskinan, dan ketidakpastian—tanpa pernah merasakan sepeser pun bantuan dari negara.
Hidup Sepi di Ujung Usia
Di Dusun Kara Timur, Nenek Liani (71) menyambut wartawan dengan langkah pelan. Rumahnya sederhana, sepi, dan nyaris tanpa aktivitas. Ia tinggal sendirian tanpa keluarga yang mendampingi di usia senjanya.
Dengan suara lirih, ia menuturkan kesehariannya. “Saya hidup sendirian, Mas. Kadang bekerja pada orang untuk beli beras dan ikan. Walaupun ada bantuan pemerintah, saya tidak pernah menerima,” ujarnya, sambil menahan getaran di suaranya.
Untuk sekadar bisa makan, ia harus menumpang tenaga pada warga sekitar. Menguli, memindah barang, atau pekerjaan apa pun yang bisa dilakukan oleh tubuh renta yang sudah tak sekuat dulu.
Harapan tetap ia simpan di ujung doa. “Mudah-mudahan Bapak Presiden Prabowo dan Bapak Bupati H. Idi mendengar tangisan rakyat kecil yang lapar,” ucapnya.
Tetangganya, Rosidi, membenarkan bahwa Nenek Liani tidak pernah menerima bantuan apa pun sejak dulu.
Pasutri yang Berjuang Tanpa Kaki dan Tanpa Bantuan

Tak jauh dari rumah Liani, kisah lain tak kalah mengiris. Kideh (61) dan suaminya, Matsirat, hidup dalam kondisi memprihatinkan. Matsirat mengalami amputasi ekstremitas bawah (kehilangan kakinya) sehingga tidak mampu bekerja. Kideh merawatnya sambil berjuang menutupi kebutuhan hidup sehari-hari yang terus mengejar.
“Kadang untuk kebutuhan sehari-hari, saya harus pinjam ke orang lain,” kata Kideh dengan mata berkaca-kaca.
Yang membuatnya semakin bingung, ia mengaku sering diminta fotokopi KTP, KK, hingga foto rumah oleh orang-orang yang mengatasnamakan petugas Bansos. Tapi dari semua proses itu, tak ada bantuan yang pernah benar-benar datang.
“Apa tidak keliru, orang kaya dapat Bansos, sedangkan yang miskin seperti saya tidak pernah tersentuh?” keluhnya.
Tetangganya, Khoiriyah, turut menguatkan pernyataan itu. Menurutnya, justru Kideh yang paling pantas menerima bantuan, namun tidak pernah masuk dalam daftar penerima.
Bukan Kasus Pertama
Sebelumnya, kasus serupa mencuat ke publik ketika kisah Ibu Naimah menjadi perhatian nasional. Saat itu, Dinas Sosial dan Baznas Kabupaten Sampang turun langsung melakukan penanganan. Namun fakta di Desa Kara menunjukkan bahwa masih banyak warga rentan yang luput dari pendataan.
Harapan Terakhir: Pendataan Ulang
Warga Desa Kara berharap pemerintah turun langsung melihat kondisi mereka. Mereka meminta pendataan ulang agar program Bansos benar-benar tepat sasaran dan menyentuh mereka yang berada di titik paling bawah dalam kehidupan.
Di balik kesunyian rumah tua dan langkah pincang para lansia, ada harapan yang belum sepenuhnya padam: harapan bahwa negara hadir bukan hanya lewat janji, tetapi lewat tangan nyata yang mengulurkan bantuan. (*/MH)














