Kedelai Naik, Produksi Tahu di Sampang Terjun Bebas Sampai 50 Persen

Kedelai Tahu
H. Rosul Pemilik Pabrik Tahu di Jalan Rajawali, Kelurahan Karang Dalam, Kecamatan Kota Sampang, Kabupaten Sampang saat memperlihatkan stok kedelai sebagai bahan dasar produksi tahu di gudang miliknya di jalan Syamsul Arifin, Kelurahan Polagan, Rabu (6/1) kemarin. (FOTO: Arief Tirtana/MI)

maduraindepth.com – Kenaikan harga kedelai di awal Januari 2021 berdampak pada kuantitas produksi tahu di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, terjun bebas. Tak tanggung-tanggung, produksinya menurun hingga 50 persen.

Seperti dialami H. Mohammad Rosul, pemilik pabrik tahu di Jalan Rajawali, Kelurahan Karang Dalam, Kecamatan Kota Sampang, Kabupaten Sampang. Ia menyebut, semula harga kedelai Rp 7.500 per kilogram menjadi Rp 9.300 per kilogram.

Menurutnya, naiknya harga kedelai sangat berdampak pada kuantitas produksi tahu di pabriknya. Sebelum ada kenaikan bahan dasar pembuatan tahu, pihaknya mampu memproduksi sampai 100 blek per hari.

Namun saat ini kuantitas produksi turun drastis. Pihaknya hanya mampu memproduksi 50 blek. “Merosotnya hingga 50 persen,” katanya, Rabu (6/1).

“Kalau dari penjualan kedelai tidak rugi, yang rugi adalah produksi untuk penjualan tahu dan tempe. Karena untuk penjualan tahu dan tempe kami tidak bisa mengangkat harga di pasar, kenaikannya terlalu banyak,” sambungnya.

Berita terkait: Awal Tahun 2021 Harga Kedelai dan Cabe Naik

Dengan kenaikan harga kedelai yang dinilai terlalu tinggi antara 25 sampai 30 persen, H. Rosul mengaku tidak dapat menaikkan harga lebih tinggi. Sebab, para pedagang akan mengurangi jumlah pembelian tahu di pabriknya.

Kendati begitu, pihaknya tetap memproduksi tahu dan tempe sesuai dengan pesanan para pedagang. Meskipun dalam penjualan tahu per blek hanya mengalami kenaikan sebesar Rp 5 ribu saja.

Baca juga:  Pancaroba Ancam Bencana Kebakaran di Pamekasan Madura

“Sebelum harga kedelai naik, harga jual tahu per blek Rp 50 ribu, setelah kedelai naik harganya Rp 55 ribu,” ucapnya.

“Tahu dan tempe adalah pengganti ikan, kalau ikan banyak di pasar penjualan tahu dan tempe menurun, tapi kalau jumlah ikan di pasar berkurang maka penjualan tahu dan tempe meningkat, jadi musimnya bergantian,” tambahnya.

Saat ini, stok kedelai di gudang miliknya masih tersisa sebanyak 21 ton dalam dua kali pembelian. Dengan rincian sebanyak 12 ton dalam pembelian di bulan Desember 2020 dan tersisa sebanyak 9 ton pada pembelian di bulan Januari 2021. (RIF/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto