Cerita Petani Bancelok 10 Tahun Gagal Panen, Akhirnya Bisa Bangkit Lagi

Desa Bancelok Sampang
Kades Bancelok foto bersama Bupati dan Wakil Bupati Sampang serta Forkopimda saat kegiatan panen raya padi di Desa Bancelok, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang beberapa waktu lalu. (Foto: Desa Bancelok for MI)

maduraindepth.com – Pemerintah Desa (Pemdes) Bancelok, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang mendapatkan apresiasi dari Pemkab Sampang atas inovasi meningkatkan kesejahteraan warga melalui peningkatan sektor pertanian dengan pupuk organik.

“Inovasi seperti ini yang kami harapkan dari seorang kepala desa (Kades). Tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur saja, swasembada pangan juga harus diperhatikan demi percepatan pembangunan desa,” ucap Bupati Sampang, H. Slamet Junaidi saat kunjungan kegiatan panen raya padi di Desa Bancelok, Sabtu (5/6/2021) lalu.

Menanggapi apresiasi itu, Kades Bancelok Moh. Taufiqurrahman menceritakan, awal mula proses penanaman padi menggunakan pupuk organik. Sebab sebelumnya para petani resah ketika menggunakan pupuk kimia. Namun tak kunjung menghasilkan panen bagus dan melimpah.

“Kami saat itu bekerja menggunakan pupuk subsidi kimia, dengan memberikan kartu tani. Akhirnya setelah musim cocok tanam tiba, ternyata persediaan pupuk di Sampang menghilang, saat itu kami kecewa tidak mendapatkan pupuk tersebut,” ucapnya, Senin (6/6).

Baca juga:

Terbaru, Kasus Penularan Covid-19 di Bangkalan Alami Lonjakan
COVID-19 di Bangkalan Melonjak, PCNU Sampang Ajak Masyarakat Patuhi Prokes

Parahnya lagi, lanjut dia, saat itu pihaknya mengaku penyediaan pupuk sangat sulit. Terlebih harganya mahal. Sehingga tak lama kemudian pihaknya bertemu dengan PT Best (Salah satu perusahaan yang memproduksi pupuk organik).

Baca juga:  Jelang Musim Hujan, Petani di Sampang Terima Bantuan Benih Padi Unggul

“Namanya Egofarming, ini zat padat dicampur dengan air kelapa sebanyak hampir 1 liter, kami menggunakan itu dan hasil panennya luar biasa bagi para petani,” jelasnya.

Alasan pihaknya memilih produk dari PT Best karena dianggap siap dan mampu memberikan sertifikasi organiknya kepada petani Bancelok. “Bisa memberikan resensi bahwa itu pupuk organik, itulah yang membuat kami tertarik,” kata Taufiq.

Tak hanya itu, pihaknya menyebutkan ada lima jenis padi yang ditanam untuk menghasilkan panen padi yang bagus. Seperti inpare F1 dan 2 yang yang biasa tahan air. Bibit-bibit itu dianggap cocok bagi petani karena pasokan air di Desa Bancelok yang sedikit.

“Kami coba berinovasi dengan menanam lima jenis padi, seperti padi jenis nutrisi sik, jenis padi merah yang berfungsi untuk menjaga kesehatan juga ada padi hitam,” ujarnya.

Namun saat itu pihaknya sempat merasa putus asa. Karena sudah 10 tahun selalu gagal di panen kedua. Akantetapi sejak menggunakan pupuk organik dari PT Best diakui tahun ini di panen kedua bisa berhasil.

“Di tengah-tengah kekurangan air, kami awalnya pasrah, namun alhamdulillah dengan kerja keras dan ikhlas semua bisa berubah,” ungkapnya.

Baca juga:

Atasi Kekeringan di Sampang, PDAM Trunojoyo Siap Kerjasama dengan BPBD

Atas keberhasilan tersebut, pihaknya berharap agar petani Bancelok menggunakan pupuk organik dan bisa mempunyai padi organik sendiri untuk musim panen yang akan datang.

Baca juga:  Sepanjang 2022, DPRD Sumenep Rampungkan 14 Raperda

“Kami akan kemas menjadi bibit unggul, tentunya ini banyak proses, kami ingin kemasan pupuk organik nantinya sudah berlebel asli milik Desa Bancelok Bangkit,” tegas Taufiq.

Inovasi itu diupayakan menjadi motivasi warga Bancelok untuk bercocok tanam padi.
Tujuannya, bisa memiliki padi industri hasil sendiri. “Tentunya supaya petani tidak menggunakan beras industri pupuk kimia lagi, kami harus beralih pada pupuk organik,” jelasnya.

Taufiq menambahkan, Desa Bancelok memotori pergantian pupuk kimia menuju pupuk organik untuk jangka panjang, sebagi investasi kesehatan di masa yang akan datang. “Setidaknya lima tahun ke depan kita membebaskan diri dari belenggu pupuk kimia,” imbuhnya.

Dia berharap, masyarakat petani Bencelok dalam bertani tidak hanya untuk di konsumsi. Melainkan juga diupayakan menghasilkan padi industri.

“Tidak hanya untuk dimakan, namun juga bisa menghasilkan uang, juga melihat pada sisi kesehatan,” tutupnya. (Alim/BAD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto