banner 728x90
Opini  

Membangun Pendidikan Potential Based

Sahrol, S.Pd.I adalah guru di Sekolah Dasar Negeri Pulau Mandangin, Sampang.
banner 728x90

maduraindepth.com – Mengapa permata lebih mahal (jauh sangat mahal) harganya dibanding bertruk-truk batu kerikil? Itu karena, permata memerlukan proses panjang dan membutuhkan ratusan tahun agar menjadi permata yang berkualitas tinggi. Maka, teramat sulit sekali kita mendapatkan permata, dan mudah sekali kita menjumpai batu kerikil.

Kualitas manusia sama persis dengan perbedaan kedua batu tersebut. Semakin hebat nilai kecerdasan dan kepribadian manusia, semakin lama proses menuju ke arah sana, dan tentu pula semakin berharga manusia itu.

banner 728x90

Atau yang paling dekat dengan kita, yaitu onde-onde dan kue ulang tahun. Apa yang membedakan onde-onde dengan kue ulang tahun? Selain rasa, tentu adalah harga dan proses pembuatannya. Meskipun keduanya diolah dari komposisi bahan yang hampir sama, yakni tepung. Harga tawar yang mahal dengan kualitas barang, sangatlah erat kaitannya.

Coba kita perhatikan perbedaan proses pembuatan onde-onde dan proses pengolahan kue ulang tahun. Tentu kita dapat menyimpulkan, bahwa proses pembuatan onde-onde jauh lebih mudah daripada kue ulang tahun. Atau sebaliknya, proses pembuatan kue ulang tahun jauh lebih rumit dibanding proses pembuatan onde-onde.

Maka, dari sana kita bisa mengambil satu pelajaran, bahwa kualitas seseorang dapat ditentukan dari proses penggalian potensinya sehingga memiliki nilai “jual” yang tinggi.

Kata potensi sendiri berasal dari kata “to potent”. Dalam bahasa Inggris, ia mempunyai arti kekuatan (power). Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, potensi memiliki arti kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki seseorang namun belum diaktualisasikan dengan penuh.

Baca juga:  REFLEKSI AKHIR TAHUN 2019 "Pamekasan Satu. Satu Pamekasan Untuk Satu Tujuan"

Dapat disimpulkan, potensi diri manusia merupakan kemampuan dasar yang dimilikinya yang masih terpendam dan menunggu diwujudkan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagian orang beranggapan, bahwa potensi diri manusia sudah ditentukan sejak lahir, sudah ditentukan dari garis tangannya. Potensi manusia mereka anggap hadiah yang turun dari langit, tanpa memerlukan proses panjang.

Anggapan ini sedikitnya ada dua kesalahan. Pertama, mereka pastinya tak pernah tahu potensi dirinya ketika mereka baru lahir, maka dari sanalah tentunya mereka lebih giat belajar agar kemampuannnya (potensinya) lebih terasah.

Kedua, anggapan itu secara tidak langsung memberikan motivasi negatif, yaitu mengajarkan mereka menjadi pemalas. Jika anggapan itu dibiarkan terus berlangsung, maka yang terjadi adalah keengganan mereka menggali potensi dirinya yang terpendam. Dengan kata lain, anggapan yang diciptakan tersebut sebenarnya adalah jerat yang memasung dirinya sehingga tidak pernah tumbuh apalagi berkembang.

Potensi diri dapat diketahui dengan bertanya pada orang-orang terdekat, karena merekalah terkadang yang bisa menilai potensi kita. Selain itu, ia juga dapat “dideteksi” dengan menggali bidang yang kita senangi, berani mencoba hal-hal baru, banyak membaca, mencari pengalaman yang belum kita coba sebelumnya, dan tentu pula banyak belajar.

Dari penggalian potensi yang terpendam dalam diri tersebut, kita akan dapat melihat letak kelebihan kita. Secara bersamaan kita juga mengetahui posisi kekurangan kita. Dari sana pula kita telah memiliki peta jalan yang perlu kita lewati agar kita lebih mudah meraih apa yang kita impikan.

Baca juga:  Ramadhan dan Kenangan Masa Kecil

Memang tidaklah mudah, seperti tidak mudahnya kita membuat kue ulang tahun, membutuhkan proses panjang dan amat melelahkan. Dan, sesuatu yang bernilai ekonomis (mahal) itu memerlukan proses yang lama, tidak instant. Sekolah sebagai instansi formal tentunya perlu mengupayakan penggalian potensi peserta didiknya yang kemudian dikembangkan sebagai acuan merumuskan model pembelajaran atau kalau perlu merumuskan kurikulum sekalipun.

Pada hakekatnya, setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda. Kenyataan tersebut perlu kiranya disadari oleh lembaga sekolah. Artinya, tidak boleh ada vonis pada peserta didik bahwa ia tidak sanggup, tidak berdaya, dan tidak mampu berkembang dalam materi tertentu. Sebab potensi tidak selalu berkaitan dengan intelektual (kecerdasan) atau tidak hanya berkaitan dengan prestasi nilai akademik semata. Ia juga memiliki kaitan dengan fisik, kepribadian, minat, moral, maupun spritual.

Potensi fisik, misalnya tidak hanya mengacu pada kondisi kesehatan fisik dan keberfungsian anggota tubuh, tetapi juga berhubungan dengan proporsi pertumbuhan dan perkembangan fisik, perkembangan dan keterampilan psikomotorik. Tentu, satuan pendidikan (sekolah) yang baik mampu mengembangkan berbagai macam potensi diri masing-masing peserta didiknya.

Perbedaan potensi peserta didik ini harusnya dipahami dengan baik oleh setiap satuan pendidikan dengan melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan potensi peserta didiknya. Salah satunya dengan memberikan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler. Misal, anak yang berpotensi di bidang seni, olahraga, dan sebagainya, mereka perlu dikembangkan potensinya melalui kegiatan ekstrakurikuler sesuai bidangnya.

Baca juga:  Sukseskan Pilkada Damai

Di sini juga diperlukan persepsi yang sama antar semua elemen yang ada di lingkungan sekolah dengan wali murid. Shingga mereka (wali murid) memiliki peranan, sekurang-kurangnya memiliki peran kontrol terhadap anak-anaknya.

*) Guru SD Negeri di Pulau Mandangin, Sampang

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90