Tradisi ‘Osaran’ Masyarakat Pulau Mandangin Jelang Idul Fitri

Tradisi Osaran Pulau Mandangin
Sejumlah warga saat melakukan osaran mmakam keluarganya di Desa Pulau Mandangin, Selasa (11/5). (FOTO : Alimuddin/MI).

maduraindepth.com – Osaran atau kegiatan memperbarui kondisi kuburan merupakan tradisi masyarakat Pulau Mandangin menjelang lima hari sebelum lebaran tiba. Sebenarnya tradisi osaran ini dapat dilakukan kapan saja dengan tujuan untuk memperbaharui kondisi pasir dan batu nisan kuburan yang sudah kotor, serta mengingatkan peziarah terhadap kematian.

Menjelang hari Raya Idul Fitri, biasanya banyak warga Pulau Mandangin datang ke makam keluarga atau leluhurnya. Tradisi ini biasa dilakukan setiap tahunnya saat bulan Ramadhan menjelang lima sampai dua hari lebaran tiba.

Tradisi osaran sudah terjadi turun temurun. Biasanya para pengunjung datang ke makam keluarga atau leluhur untuk menggantikan pasir kuburan yang lama diganti dengan pasir baru.

“Sudah tradisi, osaran dilakukan untuk membersihkan kuburan dari ranting-ranting pohon, mengecat batu nisan dengan warna baru supaya terlihat baru dan bersih,” ujar Abd Rohim salah satu warga Dusun Barat, Desa Pulau Mandangin, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Selasa (11/5).

Tak jarang, sebagian masyarakat Pulau Mandangin menganggap osaran kubur sama halnya orang yang masih hidup perlu pakaian baru. Alasan itulah yang kemudian menjadi tradisi warga untuk memperbarui kondisi kuburan dan mengenal keluarga semasa hidupnya.

“Namanya sudah tradisi, apalagi orang yang sudah meninggal itu perlu diperbarui kondisi makamnya, banyak masyarakat anggap itu sama halnya orang hidup yang perlu baju baru saat mau lebaran,” ucap Abd Rohim (40), sambil tersenyum.

Baca juga:  Tak Wajar, Rumah Mewah di Bangkalan Madura Ini Ternyata Kandang Sapi Kerapan

Tak hanya itu, biasanya masyarakat sebelum melakukan osaran ke kuburan, terlebih dahulu mengumpulkan pasir halus yang diambil langsung di pantai. Tak jarang ada juga dari sebagian besar warga sudah menyiapkan pasir di rumah sebelum tanggal osaran tiba.

“Biasnya lima hari sebelum lebaran banyak yang lakukan osaran, sampai dua hari menuju lebaran, kadang jauh-jauh hari sudah ada yang menyiapkan pasir dan batu nisan untuk dipasangkan ke kuburan keluarga dan kerabatnya,” jelasnya pada maduraindepth.com

Terkadang masyarakat melakukan doa seperti zikir, Al-Fatihah, Surat Yasin dan sebagainya. Mereka juga menyiramkan air mawar dan menaburkan bunga serta membersihkan sekeliling kubur sebelum pulang ke rumah masing-masing.

“Ini tradisi turun temurun, selain untuk mengingat mati, ini juga menjadi media menyambung silaturrahim dengan leluhur lewat panjatan doa, kita bersihkan makam, termasuk juga mengecatnya,” tuturnya.

Pemandangan gotong-royong sangat terlihat ketika warga mengambil pasir di pantai. Semua saling bantu memikul pasir yang sudah dikeruk dan mengangkutnya ke lokasi pemakaman umum.

“Biasanya begitu, warga mengambil pasir di pantai kemudian diangkut berbondong-bondong, banyak alat yang digunakan untuk mengangkut pasir ada yang jalan kaki sampai menggunakan motor,” imbuhnya.

Kegiatan osaran menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Pulau Mandangin. Biasnaya tradisi tersebut dilakukan saat pagi hari sampai menjelang siang dengan kegembiraan bersama sanak saudara.

Baca juga:  Kirab Budaya Terater Tajhin Sappar, Bupati Sampang Sambut Kedatangan MTD Trunojoyo

“Rame, karena dilakukan selama satu kali dalam setahun,” pungkasnya (Alim/MH)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto