maduraindepth.com – Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KNPRBBK) XV 2022 resmi dibuka pada Rabu (21/9). Dalam kesempatan ini, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Sampang, Moh. Hasan Jailani menjadi salah satu dari enam narasumber Focus Group Discussion (FGD) regional Jawa Timur yang digelar secara daring.
Tretan Mamak, sapaan akrabnya, mengatakan, ada tiga poin penting yang harus disampaikan dalam forum selama satu tahun mengawal isu kebencanaan di Kabupaten Sampang. Berikut uraiannya:
1. Pentingnya Peran Media Massa dan Media Sosial
Menurutnya, edukasi dan sosialisasi mitigasi sangat penting digaungkan dalam kedua platform tersebut. Mengingat saat ini teknologi informasi sangat berkembang pesat. Sehingga ruang-ruang ini bisa menjadi corong penyampaian informasi mengenai isu-isu kebencanaan.
Hal itu sudah dilakukan oleh FPRB Sampang. Selain menjalin kemitraan dengan sejumlah media massa, pihaknya membuat program podcast yang ditayangkan melalu kanal YouTube FPRBSAMPANG. “Alhamdulillah ruang podcast dan media massa terus jalan,” tutur Tretan Mamak dalam paparannya.
Dia memaparkan, program podcast tidak harus melihat seberapa besar jumlah penontonnya. Tapi esensinya, upaya tersebut dinilai cukup ampuh mensosialisasikan mitigasi kebencanaan. Ketika media mainstream sudah tidak bisa memberi ruang yang cukup dalam pemberitaan kinerja relawan, maka ruang podcast harus ada sebagai medium menyatukan misi kemanusiaan itu.
Di sisi lain, progam podcast yang dibentuk pada Maret 2021 lalu itu, tidak hanya fokus pada satu pembahasan isu kebencanaan. Tapi juga memberi ruang kepada kelompok masyarakat marginal untuk bersuara menyampaikan keluh kesahnhya agar didengar publik.
“Ketika edukasi dan sosialiasi tersampaikan dengan baik, komunikasi melalui media gampang diterima oleh publik maka mengurangi bencana bisa dilakukan, ” terangnya.
2. Gelar Pelatihan Relawan di Ponpes
Membangun relasi dan melebarkan sayap jejaring perlu dilakukan. Tujuannya agar saling menguatkan antara stakeholder. Sebab, bencana merupakan tanggungjawab bersama. Bukan hanya tanggungjawab forum PRB atau relawan kebencanaan.
Karenanya, FPRB Sampang menggelar pelatihan relawan kebencanaan di pondok pesantren (Ponpes) yang ada di Kabupaten Sampang. Menariknya, kata Tretan Mamak, semua pelatih bersertifikat dan tanpa bayaran, alias gratis. “Itu semua faktor jaringan relasi kami,” sambungnya.
3. Bentuk Santri Tangguh Bencana
Sudah tiga kali FPRB Sampang diberi kepercayaan untuk membangun pelatihan santri tangguh bencana (Sanggub). Tretan Mamak mengungkapkan, sekali pertemuan ada 100 santri yang terlibat untuk dididik dan dilatih mengenai kebencanaan oleh BPBD, Damkar, dan PMI.
Dia mengatakan, salah satu kabupaten di Jawa Timur yang melakukan hal serupa adalah Ponorogo. “Kami terus bersinergi agar tetap tangguh demi kemanusiaan,” tegasnya.
Tiga Aspek Pendidikan Kebencanaan untuk Anak Usia Dini
Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan BPBD Jawa Timur, Andhika N. Sudigda menyampaikan, anak usia dini juga penting menerima pendidikan kebencanaan. Tujuannya untuk merubah pengetahuan sikap dan keterampilan peserta didik tentang kebencanaan.
Perubahan tersebut meliputi dari yang tidak tahu menjadi tahu, bahwa daerah tempat tinggalnya termasuk kawasan rawan bencana. “Dari tidak peduli menjadi peduli terhadap upaya pencegahan banyaknya korban jiwa dari tidak terlatih jadi terlatih dalam upaya penyelamatan jika terjadi bencana,” paparnya.
Baca juga:
-
Ketua FPRB Sampang: Pembentukan Sanggub di Ponpes Assirojiyyah Pertama di Jawa Timur
-
116 Santri Assirojiyyah Ikuti Pelatihan Santri Tangguh Bencana
Andhika menyampaikan, ada tiga aspek penting mengenai pendidikan kebencanaan tersebut. Yakni, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurutnya, pendidikan kebencanaan sama halnya dengan pendidikan lingkungan. Artinya, peserta didik bukan hanya dituntut mengetahui dan memahami penyebab bencana atau kerusakan lingkungan.
“Peserta didik juga dituntut mempunyai sikap dan keterampilan untuk penyelamatan diri dalam rangka meminimalisir korban jiwa,” ujarnya.
Dia mengatakan, pendidikan kebencanaan akan berjalan sesuai harapan apabila seluruh komponen pengetahuan, keterampilan dapat dilaksanakan dengan baik. “Karena keberhasilan pendidikan kebencanaan hanya bisa dilakukan melalui pembiasaan dini,” jelasnya. (Alim/MH)