maduraindepth.com – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumenep telah menghabiskan anggaran miliaran rupiah untuk mengelola sampah. Meskipun begitu, masalah tempat pembuangan akhir (TPA) yang overload belum bisa teratasi.
Kepala DLH Sumenep Arif Susanto mengklaim, telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah TPA yang overload. Salah satunya, melakukan pengadaan mesin cacah pengolah sampah di gudang TPA, Desa Torbang, Kecamatan Batuan, Sumenep.
“Upaya itu sudah mulai kami lakukan dari tahun 2023. Kami memanfaatkan gudang di TPA untuk dijadikan tempat mesin pengolah sampah,” ungkapnya.
Selanjutnya, pada tahun 2024, DLH Sumenep melakukan pengadaan mesin pengolah sampah menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tahun berjalan. Jumlah anggaran yang dihabiskan yaitu mencapai sebesar Rp 2,8 miliar.
“Sampah yang masuk ke TPA mencapai 38 ton per hari. Sebanyak 20 ton di antaranya, akan diolah menggunakan mesin. Jadi, yang dibuang ke penampungan sebanyak 18 ton per hari,” jelasnya.
Dari sampah sebanyak 20 ton per hari yang masuk ke gudang tempat pengolahan, diperkirakan memperoleh hasil cacah sebanyak 13 ton. Sedangkan 7 ton sisanya adalah sampah residu yang harus dibuang ke tempat penampungan.
“Residu itu bisa berupa kain, kaca, atau benda lain tidak bisa diolah,” ujarnya.
Kata Arif, rencana pengolahan sampah menggunakan mesin cacah tersebut akan diluncurkan pada Senin (17/02). Sehingga pengoperasiannya juga dapat dimulai pada hari yang sama. Dari hasil pengolahan sampah itu, ditargetkan bisa menambah angka pendapatan asli daerah (PAD).
“Sudah ada MoU dengan pihak ketiga untuk penjualan hasil olahan sampah itu,” katanya.
Dia menyebutkan, sampah hasil olahan tersebut terbagi menjadi dua jenis yang harganya berbeda. Untuk sampah organik, akan dijual Rp 200 per kilogram. Sedangkan untuk sampah anorganik akan dijual dengan harga Rp 300 per kilogram.
“Hasil penjualan itu masuk ke PAD,” pungkasnya. (bus/MH)