maduraindepth.com – Musik hadrah saat ini seolah terkikis oleh perkembangan zaman. Namun, di tengah pesatnya arus globalisasi tak menyurutkan pemain musik al-Banjari ini unjuk performa melantunkan sajian shalawat yang dipadukan dengan tabuhan rebana.
Jam’iyah Hadrah al-Banjari Dusun Bettengan, Desa Rabasan, Kecamatan Kedungdung contohnya. Kelompok hadrah di Kabupaten Sampang ini terus berdakwah dan mengajak orang bershalawat menggunakan musik tabuhan rebana.
Pembina Jam’iyah Hadrah al-Banjari Dusun Bettengan, Ustaz Darussalam mengatakan, musik hadrah merupakan sebagai media pengembangan bidang seni keislaman. Hadrah ini, juga berfungsi sebagai media dakwah untuk mengajak masyarakat, terlebih kaum milenial untuk bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
“Karena faktanya musik Banjari banyak digemari dan diminati kaum melenial saat ini, sehingga sangat mudah untuk menyelipkan dakwah di dalamnya,” ujarnya pada maduraindepth.com, Ahad (16/2/2020).
Darussalam menyampaikan, Jam’iyah Hadrah al-Banjari di desanya tersebut sudah berdiri sejak 2008 lalu. Kelompok hadrah tersebut didirikan oleh almarhum KH. Fathutrozi selaku pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Islah Dusun Bettengan, Desa Rabasan.
“Beliau membeli alat hadrah sendiri yang kemudian mendatangkan tenaga ahli untuk melatihnya,” jelasnya menceritakan perjuangan KH. Fathurrozi.
Darussalam, yang kerap disapa Ustaz Darus tersebut berharap, pemuda milenial saat ini dapat lebih mencintai musik hadrah daripada musik-musik lainnya. Sebab, selain kita bisa menambah kecintaan terhadap seni keislaman, juga dapat menambah kecintaan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
“Karena selain bershalawat, ada dakwah dan menambah pahala,” pungkasnya. (RIF/MH)