maduraindepth.com – Angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Pamekasan menjadi perhatian serius dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan. Lantaran angka kasus kematian itu dinilai cukup tinggi setiap tahun.
Kepala Dinkes Pamekasan, dr Saifuddin menyampaikan, upaya maksimal dalam menekan angka kematian ibu dan bayi dilakukan melalui program Cepat dan Tanggap Jaga Ibu Hamil dan Ibu Bersalin (Cinta Jamila). Menurutnya, kasus angka kematian ibu dan bayi merupakan salah satu variabel indeks kesehatan yang dapat menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Pamekasan.
“Jika angka kematian tinggi, maka angka harapan hidup menjadi rendah,” ujarnya, Rabu (29/11).
Saifuddin menyebutkan, kasus angka kematian ibu di wilayah Kabupaten Pamekasan yang terjadi sejak tahun 2021 tercatat 30 orang, tahun 2022 ditemukan 30 pasien, dan kasus yang sama pada tahun 2023 turun sampai 60 persen. Catatan pada tren angka kematian bayi, lanjutnya, bahwa selama tahun 2021 mencapai sebanyak 50 kasus, tahun 2022 ditemukan 54 kasus, dan turun menjadi 24 kasus pada tahun 2023.
Penyebab kematian kalangan ibu di Pamekasan akibat mengalami pendarahan pasca bersalin, mengalami anemia atau kekurangan darah merah. Penyebab lainya, preeklamsia atau persalinan yang disertai darah tinggi hingga terjadi kejang pada pasien.
“Angka kematian mulai ada penurunan. Tentu kami akan terus melakukan upaya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi dengan inovasi Cinta Jamila,” imbuhnya.
Tujuan program Cinta Jamila dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan yang dijadikan solusi untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, sebagai langkah dalam meningkatkan kualitas rujukan, penyempurnaan sistem layanan, tenaga dan alat kesehatan agar dapat dipenuhi secara maksimal.
Bahkan Saifuddin mengaku telah membentuk klaster dengan membagi lima dari 21 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Pamekasan. “Masing masing klaster, ada tenaga ahli yang mendampingi dokter anak dan dokter obgyn,” ungkapnya. (Rafi/*)
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya DI SINI