maduraindepth.com – Ada banyak legenda dan kepercayaan masyarakat pada benda-benda di penjuru Indonesia. Diantaranya kepercayaan pada pepohonan yang dianggap keramat.
Jika di Paris ada sungai Seine dan diatasnya terdapat pagar jembatan gembok cinta, maka di Madura ada bambu cinta yang dipercaya bisa melanggengkan hubungan asmara. Bambu cinta ini bisa dijumpai di salah satu desa di Kabupaten Pamekasan, Madura. Tepatnya di Desa Montok, Kecamatan Larangan.
Lokasinya pun tidak jauh dari makam Ki Ageng Jako Tarub. Para wisatawan yang bertandang ke makam tokoh yang dipercaya sebagai leluhur dinasti Mataram ini, juga menyempatkan diri untuk mengukir nama dan pasangannya di bambu cinta tersebut.
Mereka percaya, jika mengukir nama di bambu cinta tersebut bisa mengikat kasih. Tak ayal jika ratusan bambu yang berdiri di sekitar pemakaman dipenuhi ukiran nama yang berpasanga-pasangan.
Bambu Cinta adalah Perrèng Sojjin
Warga setempat, Muhammad mengatakan bambu cinta oleh masyarakat setempat disebut perrèng sojjin. Kepercayaan mengikat kasih di perrèng sojjin itu terjadi secara turun temurun sejak puluhan tahun silam.
Menurut Muhammad, perrèng sojjin yang diyakini bisa mengikat tali kasih itu merupakan peninggalan Ki Ageng Joko Tarub. Konon, bambu yang ditanam Joko Tarub tersebut adalah tusuk sate. Bukan seperti menanam bambu pada umumnya. Kemudian bambu itu tumbuh dan kini menaungi area pemakaman.
“Mereka yang datang ke makam Ki Ageng Joko Tarub banyak dari luar pulau Madura. Seperti dari Bondowoso, Probolinggo,” ucap Muhammad pada maduraindepth.com, Senin (16/11).
“Itu pohon bambunya orang wali, tusuk sate ditanam kemudian tumbuh pohon bambu. Itulah kenapa disebut perrèng sojjin,” terangnya.
Untuk mengikat kasih di bambu cinta tersebut, kata Muhammad, pengunjung harus sungguh-sungguh saat melakukan ritual permohonan hajat. “Jika memiliki niat supaya berjodoh dan niat baik lainnya, yang penting sungguh-sungguh,” katanya.
Pantauan maduraindepth.com di lokasi, tidak jauh dari area pemakaman terdapat bangunan tua yang di dalamnya terdapat empat kuburan. Di batu nisan tertulis nama Dewi Nawang Sasih, Raden Arjo Bondan Kejawen, Nawang Sari dan Nawang Wulan.
Di dalam bangunan tua itu juga tampak selendang dengan motif beragam warna. Katanya, selendang itu milik Dewi Nawang Wulan.
Legenda Joko Tarub dan Bidadari Kayangan
Juru kunci Adi Krisno menceritakan, kala itu Joko Tarub mendatangi Pulau Madura bersama ayahnya, Syekh Maulana Maghribi. Kedatangannya tersebut untuk menyebarkan agama Islam di Kabupaten Pamekasan.
Tidak berselang lama mendakwahkan ajaran Islam di pulau garam, Joko Tarub dikagetkan dengan sejumlah bidadari dari kayangan. Penglihatannya tidak bisa berpangling saat melihat sejumlah bidadari yang sedang mandi di suatu tempat yang disebut Taman.
Singkat cerita, lanjut Adi Krisno, Joko Tarub menyembunyikan selendang milik bidadari yang bernama Dewi Nawang Wulan. Akibatnya, sang dewi tidak bisa kembali ke kayangan.
Joko Tarub pun membawa Dewi Nawang Wulan. Kemudian dia menikahinya.
“Tak lama kemudian, Dewi Nawang Wulan mengandung dan melahirkan anak perempuan yang diberi nama Dewi Nawang Sasi (Bujangga Anom),” ucap Adi mengakhiri kisahnya. (RUK/MH)