Virus Difteri Mulai Menyebar di Sampang, Kenali Gejala dan Dampaknya

Gejala virus difteri dinkes KB sampang
Tampak dari depan kantor Dinkes KB Sampang. (Foto : Alimuddin/MID)

maduraindepth.com – Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes KB) Sampang mengkonfirmasi sejak Januari hingga Mei 2023, tercatat ada 15 kasus suspek difteri di Kota Bahari. Namun, hingga kini yang positif dari hasil laboratorium sebanyak 5 orang.

Diketahui, sesuai laporan Dinkes Sampang, sebaran kasus difteri itu hampir merata terjadi di semua kecamatan. Adapun rentang usia kasus tersebut antara 3 tahun sampai 25 tahun.

banner auto

Kepala Dinkes dan KB Sampang, dr Abdulloh Najih melalui Esti Utami selaku Staf P2P Survailen Imunisasi Dinkes dan KB Sampang mengatakan, penyebab munculnya kasus difteri ini akibat cakupan imunisasi yang rendah. Sebenarnya, kata Esti, gejala bagi seseorang terjangkit difteri itu ditandai dengan adanya bercak warna putih di bagian dalam sisi tenggorokan disertai demam.

Parahnya, jika tenggorokan dipenuhi bercak, maka berdampak pada tersumbatnya saluran pernapasan manusia. “Jika sudah lambat ditangani (tidak diobati) bisa berujung kematian,” ucapnya, Kamis (25/5).

Disebutkan, difteri ini bisa menular kepada orang dewasa maupun anak-anak. Namun di Sampang, virus itu menjangkit penderita dengan usia paling tinggi, yakni 25 tahun. Esti mengatakan, penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian imunisasi rutin lengkap.

“Ketika ada laporan pasien difteri langsung dikonsulkan kepada ahlinya, kalau memang kasus tersebut oleh ahlinya dinyatakan kasus difteri, biasanya direkomendasikan untuk diberikan Anti Difteri Serum (ADS) dan juga pemberian profilaksis agar tidak berkembang terus,” ucapnya.

Baca juga:  PPKM Naik Level 3, Disdik Sampang Terapkan PTM Terbatas

Pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan lintas sektor melalui posyandu dan sekolah dasar yang ada di Sampang. Tujuanny, untuk melakukan Outbreak Respon Imunisasi (ORI), yaitu pemberian imunisasi ke semua sasaran dengan rentang usia 0-12 tahun.

Esti menerangkan, dengan pemberian imunisasi tiga kali, baik yang pernah imunisasi atau belum, harus tetap diimunisasi semua. Intervalnya, nol satu enam bulan.

“Misalnya, di bulan Mei dikasih dosis satu, nanti di bulan Juni dikasih dosis dua, enam bulan lagi dikasih dosis ke tiga,” ujarnya.

Jika di usia bayi rutin imunisasi, lanjut dia, yakni aturannya DPT tiga kali minimal umur dua bulan. Intervalnya, minimal satu bulan sampai usia sebelas bulan.

“Umur 18 sampai 24 bulan harus dapat satu kali lagi DPT ke empat. Terus, di tingkat Sekolah Dasar kelas satu harus dapat DT satu kali, dan di kelas dua SD dapat TD lagi sampai ke kelas lima SD juga dapat,” ucapnya.

Selain itu, pihaknya mengakui upaya antisipasi yang dilakukan Dinkes dan KB Sampang untuk mencegah terjadinya difteri cukup berat. Pasalnya capaian imunisasi terbilang masih rendah. Sebab, salah satu cara mengatasi virus difteri ini adalah dengan memassifkan imunisasi sejak dini.

“Cakupan keberhasilan imunisasi di Sampang selama tiga tahun terkahir, pada 2020 capai 81,73 persen. Di 2021 hanya mencapai 61,69 persen, dan di 2023 capai 85,19 persen imunisasinya,” kata Esti.

Baca juga:  Dampak Lonjakan Covid-19, Pemkab Sampang Buka Rekrutmen Nakes dan Relawan

Namun, pihaknya tetap menghimbau agar masyarakat mendukung program imunisasi, dan membawa putra putrinya ke posyandu untuk diimunisasi, agar cakupan imunisasi tinggi merata di semua desa. Sehingga penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tidak terjadi lagi.

“Apabila ditemukan anak dengan gejala demam, nyeri di tenggorokan, ada bercak putih segera laporkan ke puskesmas terdekat sehingga kasus bisa cepat tertangani,” pungkasnya. (Alim/*)

Dapatkan Informasi Menarik Lainnya Di Sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto