Pesan KH. Syafruddin Saat PCNU Sampang Gelar Tahlil Kemerdekaan

PCNU Sampang HUT RI
Pengurus PCNU Sampang saat menyanyikan lagu Syubbanul Wathan sebelum acara tahlil kemerdekaan HUT RI ke-76 dimulai, Senin (16/8) malam kemarin. (FOTO: Alimuddin/MI)

maduraindepth.com – Dalam rangka memperingati HUT RI ke-76, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sampang menggelar tahlil dan do’a bersama untuk para pejuang dan syuhada Covid-19. Kegiatan yang dipusatkan di kantor PCNU Sampang tersebut diikuti oleh semua pengurus cabang hingga ranting secara virtual pada Senin (16/8) malam kemarin.

Katib Syuriah PWNU Jawa Timur KH. Syafruddin Syarif hadir dalam kesempatan tersebut memberi tausiyah kebangsaan yang disampaikan secara virtual dari Surabaya.

banner 728x90

Kyai Syafruddin menyampaikan terima kasih kepada PCNU Kabupaten Sampang yang konsisten menyebarkan nilai-nilai dan tradisi yang sesuai dengan titah para muassis NU. Yakni dengan melakukan tahlil kemerdekaan dan do’a bersama dalam menyambut HUT RI ke-76.

“Alhamdulillah ini sebagai bentuk ikhtiar kita, untuk berdo’a ke pada Alloh agar mendapatkan syafaat-Nya, sehingga virus Corona di bumi Nusantara ini cepat hilang,” tuturnya.

Dia menceritakan secara singkat peran NU pada saat Indonesia berada dalam kungkungan para penjajah. Menurutnya, membangun negara ini bukanlah perkara yang gampang dan mudah dicapai. Tapi butuh perjuangan, harus mempertaruhkan jiwa, darah dan harta.

“Sejarah kemerdekaan Indonesia juga atas campuran tangan kyai dan santri yang setia melawan serta mengusir para penjajah dari bumi Nusantara ini,” jelasnya.

Kata Kyai Syafruddin, cinta tanah air harus dibuktikan dengan perjuangan dan pengorbanan. Hal itulah yang dilakukan KH Hasyim Asyari dengan tegasnya mengatakan bahwa mempertahankan RI adalah sebuah kewajiban bangsa Indonesia.

Baca juga:  Lestarikan Peninggalan Pangeran Trunojoyo, MTD Sampang Gelar Tirakatan

“Keputusan itu didukung oleh para ulama pada tanggal 21-22 Oktober di Surabaya. Saat itu para ulama sepakat membuat resolusi jihad berisi memerangi penjajah yang ingin datang kembali ke tanah Nusantara,” ujarnya.

Saat itu tak sedikit nyawa yang menjadi taruhannya. Namun dengan semangat yang tinggi dari para kyai dan pahlawan Indonesia lainnya, para penjajah berhasil diusir dari bumi pertiwi.

“Perjuangan yang besar jangan sesekali kita abaikan dan lupakan, kita harus menjaga kemerdekaan ini demi masa depan dan keutuhan bangsa,” tegasnya.

Di akhir tausiyahnya, ia berpesan kepada semua pengurus NU khususnya dan masyarakat secara umum agar bisa menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dia menegaskan, jangan sampai ada pihak yang tidak bertanggungjawab mengganggu dan merusak persatuan bangsa Indonesia.

“Di era reformasi dan terbuka ini, kita harus selalu mengawasi, jangan sampai tertipu dengan rayuan-rayuan di media sosial agar percaya kepada berita hoax yang mereka buat. Ketahuilah berita bohong itu yang menciptakan perpecahan untuk kita,” tandasnya. (Alim/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *