Opini  

Meneropong Kuasa dan Pengaruh Media Sosial, dalam Kehidupan Demokrasi

Alimuddin
Penulis, Alimuddin merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. (Foto: Alimudin)
Oleh: Alimuddin

maduraindepth.com – Media yang dianggap sebagai pilar demokrasi ke empat menjadi sebuah tonggak besar bagi bangsa Indonesia, bagaimana tidak saat ini kita bisa bebas serta bertanggung jawab dalam menyampaikan ide, aspirasi secara lisan maupun tulisan di dalam media. Idealisme media terletak di dalam perannya sebagai pilar demokmrasi. Media dianggap berperan menyebarkan nilai kebebasan dan kesetaraan kepada masyarakat, sehingga orang menyadari akan hak-haknya.

Demokrasi sendiri dalam perspektif teoritis, bisa diartikan sebagai cara manusia mengatur dan mempertahankan eksistensi kedaulatannya yang bersifat humanistik dalam spektrum sosial yang sagat luas. Eksistensi yang bersifat humasnitik tersebut merupakan sifat dasar manusia untuk bertahan, diakui, dan berkontribusi bagi lingkungan sosialnya.

banner auto

Demokrasi menawarkan cara yang elegan dan egaliter bagi kehidupan manusia untuk bisa eksis melalui penguasaan sejumlah asset sosial yang bersifat mengatur. Kecendrungan selanjutnya menempatkan demokrasi sebagai sebuah pilihan sistem untuk meraih kekuasaan yang memuat kemampuan mengatur. Hal ini memungkinkan jika suatu situasi sosial tidak bisa diatur atau mengalami kebuntuan. Selain itu, demokrasi sebagai sebuah sistem memberikan janji pengaturan sosial yang merepresentasikan ekualitas.

Karena itu, demokrasi menjadi sebuah sistem yang sangat ideal untuk mengatur mekanisme kekuasaan dan partisipasi publik. Pada alam demokrasi, pendapat pejabat, konglomerat, dan rakyat memiliki ekualitas nilai yang setara. Inilah yang mendorong banyak negara menjadikan demokrasi sebagai pilihan basis ideologi bagi sistem bernegera. Namun demikian demokrasi bukanlah satu-satunya pilihan dalam mengatur kehidupan bernegara.

Maka dari itu, kuasa media merupakan istilah yang hendak disampaikan untuk menandai berkuasanya media saat ini, terutama media penyiaran televise. Pembahasan aspek sosial, ekonomi, dan politik dalam studi media dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menjelaskan kultur media yang sedemikian berdaulat. Daripada membahas aspek sosial, ekonomi, dan politik media masa secara spesifik yang menjenuhkan, tentu lebih menyenangkan memabahas budaya media dalam konteks yang lebih luas.

Baca juga:  Virus Corona Menggila, Trend Kalahkan Kasus Korupsi di Indonesia

Kuasa media akan mengetengahkan pembahasan media massa sebagai institusi kultural, institusi sosial, institusi ekonomi, dan institusi politik sekaligus secara bersamaan. Penggunaan “kuasa” media tersebut untuk menandai suatu tingkat kondisi tertentu dimana kekuatan media bergantung pada Negara dan publik, dalam bentuk regulasi tentang kepemilikan, pengaturan, control, dan akses publik serta kemajuan teknologi komunikasi.

Era kebebasan media telah mengantarkan dan menempatkan kehidupan Indonesia saat ini pada posisi yang unik dan menarik, kalau tidak ingin disebut anomali. Unik karena sistem kehidupan media telah maju, masuk dalam era demokrasi pers, padahal posisi Indonesia tidak beranjak dari Negara yang sedang berkembang. Istilah kuasa media digunakan untuk menandai suatu sistem media yang bekerja secara mandiri tetapi tidak sendiri. Faktor kemajuan teknologi memamng menjadi poros pergerakan rezim media. Teknologi media tersebut terus bergerak dinamis dan selalu mengalami perubahan. Aksinya bukan saja bertumpu pada kemajuan teknologi media komunikasi, tetapi juga dipengaruhi oleh sistem politik, sistem social, control social, penegakan hukum mengenai kepemilikan, hak property intelektual, aturan mengenai akses public dan sebagainya.

Memahami media social sebagai tempat pembelajaran, bukan lagi sebagai alat perpecahan

Seiring kemajuan yang begitu massif berbagai macam kehidupan kita terkesan berada didalamnya, maka tidak bisa dipungkiri kalau kemudian banyak diantara kita memuji bahkan menghujat satu sama lai, karena saking kuatnya media dalam membentuk opini publik demi sebuah kepentingannya, media yang diiming-imingi akan menjadi alat dan sejata yang ampuh dalam menyatakan dan membentuk budaya baru yang mengarah pada hak baik malah sebaliknya, tapi begitulah media terkadang membantu dan membunuh kita.

Baca juga:  Petaka Over Kapasitas Dunia Pelayaran

Peranan media Sosial dewasa ini berkembang pesat dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia, tak terkecuali semua elemen masyarakat, tua, muda, pelajar ataupun pemuda semua merasakan sentuhan dari media sosial. Dengan perkembangan yang cukup marak ini, media sosial menjadi salah satu elemen penting yang tak terpisahkan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Media sosial itu sendiri merupakan alat komunikasi yang berbasis internet (online) yang memudahkan manusia dalam berkomunikasi dan menerima informasi, tanpa ada batasan jarak, selaras apa yang dikatakan Marshall McLuhan seoarang ilmuwan komunikasi dan kritikus asal Kanada, yang terkenal dengan salah satu konsepnya tentang desa global (global village). dimana konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi di mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar, kita tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu untuk bias mengetahui sebuah informasi baik dekat maupun jauh.

Sehingga dengan demikian peranan media sosial dalam membentuk karakter generasi muda Indonesia sangat terbuka. Ada berbagai macam dampak yang akan terjadi dan secara tidak langsung turut membentuk karakter dari pada generasi muda itu sendiri, mulai dari dampak positif sampai dampak negatif. Hal semacam inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan karakter bagi generasi muda.

Data yang di lansir Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJJI) dari hasil survei melaporkan bahwa 256.2 juta orang di Indonesia menggunakan internet dari setengahnya yaitu 132.7 juta jiwa, sedangkan untuk usia remaja 23,8 juta jiwa. Dengan angka yang cukup fantastis ini membuat Indonesia berada dalam cekaman media sosial, karena setengah dari penduduknya mengunakan jasa media sosial dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi.

Data di atas juga menunjukkan pengguna media sosial untuk kalangan remaja tak kalah besarnya, dengan angka 23,8 juta jiwa atau 18% persen dari penduduk Indonesia, ini membuktikan bahwa media sosial turut mengambil peran dalam membentuk karakter generasi muda, di tambah dengan dampak yang begitu signifikan di lihat dari sisi positif maupun negatifnya. Dampak positif yang bisa kita lihat dari menggunakan internet atau media sosial bagi generasi muda yaitu, mereka dapat belajar meningkatkan dan mengembangkan keterampilan teknis dan social yang memang sangat di butuhkan dalam zaman digital sekarang ini.
Namun ketika kita lihat dari sisi negatif dari menggunakan media sosial yang cukup transparan dan terbuka ini, membuat para remaja dengan leluasa mengakses konten-konten yang berbau pornografi, selain itu juga media sosial akan membuat anak dan remaja lebih mementingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akang lingkungan virtual, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet, hal semacam ini dapat mengakibatkan anak kurang berempati dengan lingkungan di dunia nyata.

Baca juga:  Lebaran, Silaturahmi, dan Physical Distancing

Sadar maupun tidak media sosial turut mengambil peran dalam membentuk karakter daripada generasi muda itu sendiri, dengan dampak yang di timbulkan secara tidak langsung memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap tingkah laku orang yang menggunakannya, untuk itu dalam mengunakan media sosial kita haruslah cerdas, cerdas dalam artian mengerti apa yang seharusnya kita lakukan dalam menggunakannya, agar tercipta generasi yang cerdas dan berkompeten dalam mengelola media informasi sebagai basis data dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

Seharusnya media sosial hadir sebagai spot education dalam hal ini menjadi wadah maupun tempat belajar mengelola arus modernisasi berupa teknologi, informasi dan komunikasi, agar generasi muda Indonesia tampil sebagai generasi yang cerdas dalam segala bidang, dan lebih cerdas dalam mengunakan media sosial. (*)

*Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto