Opini  

Lestarikan Budaya Baca, Untuk Generasi dan Negeri

Alimuddin
Penulis, Alimuddin merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. (Foto: Alimudin)
Oleh: Alimuddin

maduraindepth.com – Di era saat ini, kemajuan teknologi membuat segalanya menjadi mudah, dunia pun seakan ada dalam genggaman kita. Dengan adanya teknologi, apa yang kita inginkan dengan mudah bisa kita dapatkan, sebut saja salah satunya adalah internet. Menurut Purbo tokoh pertama yang menjelaskan internet bahwa, internet pada dasarnya merupakan sebuah media yang digunakan untuk mengefisiensikan sebuah proses komunikasi yang disambungkan dengan berbagai aplikasi, seperti Web, E-mail dll.

Saat ini internet bisa dikatakan telah menghipnotis semua kalangan, siapa pun yang menggunakan internet, pasti akan memiliki kesan dan pengalaman yang tidak bisa dilupakan saat pertama kali mengenalnya. Bahkan internet telah menjadi sebuah sarana untuk mengekspresikan diri, mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa pun ikut bergelut di dalamnya dan kadang-kadang ada yang menggunakannya dari pagi sampai memasuki waktu pagi kembali.

banner auto

Bagi pemuda yang tinggal di perkotaan, internet sudah menjadi salah satu kebutuhan mendasar, baik itu digunakan untuk sekedar berkomunikasi, menyelesaikan tugas, mengakses informasi, sebagai sarana untuk mengekspresikan diri lewat media sosial, main game online, dan sebagainya.  Bahkan ada yang merasa kurang atau hilang, jika dalam sehari tidak mengakses internet, apalagi media sosial. Hal ini bisa terjadi di kalangan anak-anak, remaja dan orang dewasa.

Dibalik ketagihan akan internet, serta euforia media sosial saat ini, membuat hampir semua kalangan melakukan sesuatu yang di jamannya menjadi sebuah tren, sebelum internet menghipnotis penggunanya. Pasti banyak yang bertanya-bertanya, apakah sesuatu yang dimaksud? jawabannya tidak lain adalah membaca “Buku”.

Mengapa harus buku? karena sebelum manusia mengenal internet. Buku dianggap sebagi jendela dunia, lewat buku banyak ilmu pengetahuan yang bisa kita dapatkan, kita bisa dengan bebas memperluas wawasan, bahkan beraneka kejutan dalam hidup pun bisa kita peroleh dengan membaca buku.

Dengan adanya buku kita bisa memahami kehidupan manusia di belahan dunia lain, sekaligus dengan latar belakang sosial kultural mereka yang beragam. Bahkan bagi seorang penikmat buku, kecerdasan sosial, spiritual, dan intelektual akan semakin terasah. Tidak jarang kita temui seseorang yang berubah kehidupannya karena terinspirasi oleh kata-kata yang terkandung dalam sebuah buku yang dibacanya.

Baca juga:  Perempuan dalam Percaturan Politik

Sedangkan kegiatan membaca adalah kegiatan yang bertujuan mencari, melihat, dan memahami isi suatu bacaan serta tulisan, atau kebiasaan yang dibentuk oleh lingkungan. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebiasaan membaca dari keluarga dan pergaulannya hanya dapat mengharapkan sekolah untuk memperkenalkannya.

Kewajiban pertama Negara, selaku penyelenggara pendidikan adalah menjamin setiap orang mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, terlepas dari latarbelakang ekonomi dan sosial masing-masing. Timbal baliknya populasi yang hanya terdiri dari orang-orang pintar dan terampil jelas merupakan aset berharga bagi Negara. Tanpa jurang yang memisahkan “kaum elit terdidik” dan “kaum pekerja kasar buta huruf”, Negara akan sanggup mengolah segenap sumber dayanya menjadi barang dan jasa terbaik yang bernilai tinggi.

Ada banyak hal yang didapat dari membaca itu sendiri, antara lain memperluas pengetahuan dan mendatangkan banyak pembelajaran baru dalam hidup kita, mengasah serta melatih pikiran atau otak kita dalam bekerja dan mengingat, menguatkan mental kita dalam menghadapi segala persoalan, serta mengetahui konsep dan prinsip hidup dirinya dalam menjalankan hidup yang lebih bermanfaat bagi Nusa dan Bangsa.

Setidaknya yang gemar membaca buku akan lebih cepat mengetahui perkembangan kondisi saat ini. Ilmu pengetahuan terbaru pun banyak dijabarkan dalam bentuk tulisan. Dengan membaca pula rasa ingin tahu seseorang akan meningkat pesat. Adanya rasa ingin tahu yang tinggi itu secara tidak langsung akan menimbulkan keinginan bagi seseorang untuk meningkatkan kemampuan diri. Peningkatan kemampuan diri sama dengan peningkatan taraf hidup dan pola pikir.

“Buku adalah jendela dunia. Buku adalah gudangnya ilmu”. Mungkin kita sering menemukan dua ungkapan tersebut. Namun makna dari pernyataan itu akan menguap sia-sia saat tidak membaca buku. Jika dibiarkan, bukankah segala pesan yang tersirat dalam buku itu tak akan sampai?. Semua ilmu sejatinya dapat memperkaya pengetahuan tidak akan ke mana-mana bila hanya tersimpan rapat-rapat dalam halaman demi halaman buku tersebut. Lebih jauh, membaca buku termasuk salah satu kegiatan yang menghasilkan banyak manfaat bagi para pembacanya.

Baca juga:  Melihat Semangat Pemuda dalam Kemajuan Desa

Membaca itu perlu ditekankan kepada setiap induvidu sejak kecil, karena, informasi yang paling mudah untuk kita peroleh adalah melalui bacaan, baik koran, majalah, tabloid, buku-buku, dan lain-lain. Minimnya membaca di kalangan remaja Indonsesia perlu diperhatikan, problem tersebut tidak boleh dianggap remeh, karena besarnya rasa cinta membaca buku sama dengan kemajuan, artinya suatu tingkatan minat baca seseorang menentukan tingkat kualitas serta wawansannya. Kebiasaan membaca perlu ditingkatan terutama pada gerenasi Indonesia. Karena dalam setiap proses belajar mengajar sangat mustahil berhasil tanpa adanya kegiatan membaca.

Jika kita lihat di zaman yang serba modern ini, banyak orang terlalu sibuk dan larut dalam kehidupan sehingga melupakan waktu untuk membaca buku, tidak jarang pula kita temui orang yang mengatakan tidak punya waktu yang cukup untuk membaca. Malahan lebih senang meluangkan waktu untuk menonton, entah lewat televisi atau computer. Padahal membaca bukanlah menambah wawasan saja, tetapi bermanfaat juga untuk kesehatan serta bisa menjaga keamanan suatu negara.

J.V. Snellman, seorang negarawan Finlandia abad ke-19, pernah mengatakan bahwa pendidikan adalah jaminan keamanan. Dan dia benar, pada paruh kedua 1900-an, Finlandia menjadi salah satu Negara termakmur di dunia berkat investasi pemerintahnya di bidang pendidikan. Pemerintah pusat dan daerah di Finlandia mengolah 11 hingga 12 persen dana anggaran mereka untuk pendidikan, dan yang hebat menurut data PISA (Programme for International Student Assesment), hampir tidak ada kesenjangan untuk antar sekolah di Negara itu.

Indikator utama mutu pedidikan suatu Negara adalah kemampuan akademik para siswa. Analisis Pearson atas data PISA, TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), serta The Word’s Most Literate Nations (WMLN) menempatkan Finlandia, Islandia, Denmark, Swedia dan Norwegia menempati daftar teratas dari peringkat itu. Sedangkan Negara-negara maju di dunia seperti, Amerika Serikat menempati peringkat ke-7, Kanada ke-11, Perancis ke-12, dan United Kingdom (Inggris) menempati urutan ke-17.

Baca juga:  Menyoal Output Pendidikan Bergelar

Kondisi minat baca Negara kita berada diperingkat 60, cukup atau mungkin sangat memperhatinkan. Bahkan diantara Negara-negara kita, kita berada di bawah Thailand (59), Malaysia (53), dan Singapura (36) sebagai Negara dengan peringkat literasi tertinggi di Asia Tenggara, tentu saja ini menjadi pekerjaan rumah besar kita bersama apalagi kita sebagai seorang pelajar dan generasi harapan bangsa.

Kita harus bersama-sama dengan seluruh element pemerintahan dan masyarakat bisa menggerakkan budaya literasi di Negara kita ini. Suatu contoh, katakanlah pemicu yang sangat bagus dari Perpustakaan Nasional Republik Indinesia (RI) yang telah membuat program Duta Baca Indonesia sejak bebrapa tahun. Untuk periode kali ini, PNRI mengangakat Najwa Shihab sebagai Duta Baca Indonesia periode 2016-2021.

Selain itu tumbuh pula gerakan swadaya masyarakat dalam hal minat baca dan literasi ini, seperti salah satunya mulai banyak terbentuknya TBM (Taman Baca Masyarakat) dan juga perpustakaan desa serta perpustakaan keliling di berbagai daerah. Seprti yang pernah dilakukan di Yogyakarta, Sleman, dan Lampung.

Dari semua itu merupakan sebuah progress yang positif, bagi munculnya gerakan dan terus berkembangnya budaya literasi di negeri ini. Kita jangan hanya menjadi masyarakat yang apatis dan pasif, harus proaktif dan tidak perlu menunggu pemerintah. Kita harus bergerak, bergerak, dan bergerak. Jadi jangan hanya menghabiskan waktu berjam-jam untuk main gajet dan menonton televisi, atau bersosial media saja, tetapi juga luangkan waktu membaca buku. Kebiasaan baik itu tidak hanya akan menyegarkan pikiran tetapi juga memberi manfaat untuk kesehatan kehidupan berbangsa dan bernegara. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto