maduraindepth.com – Dalam rangka meningkatkan geliat pariwisata, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Beka’ Island di Pulau Masakambing, Kecamatan Masalembu, Sumenep terus berinovasi. Salah satunya dengan membuat paket wisata (Open trip) Beka’ Ecotourism dengan sajian unggulan pengamatan burung kakatua jambul kuning.
Ketua Pokdarwis Beka’ Island, Alam Islami menjelaskan, open trip ini merupakan paket wisata minat khusus dengan mengandalkan pengamatan burung kakatua jambul kuning. “Kami menamakan minat khusus, karena memang segmen pasar wisatawan adalah mereka yang minat di dunia konservasi burung dan peminat kegiatan alam bebas,” jelasnya, Selasa (11/10).
Saat ini paket wisata itu sudah berjalan. Para wisatawan sangat menikmati dan terpukau dengan keberadaaan kakatua yang hidup di habitat aslinya. Selain berwisata, para pengunjung memperoleh interpretasi dan edukasi melalui kegiatan ini.
“Sebenarnya bisa saja kita melihat kakatua di kebun binatang. Namun ada nuansa berbeda manakala dapat menikmati kakatua yang terbang dan hinggap bebas di habitat aslinya,” kata Michael, salah satu peserta open trip asal Yogyakarta.
Adihan, peserta open trip asal Kediri juga menyampaikan kesannya. Dia mengaku exited, terlebih setelah mengetahui jika kakatua jantan itu bisa ditandai dari warna hitam pada retina mata.
“Aku juga baru tau, ternyata kakatua atau Beka’ perkembangbiakannya susah. Karena hanya menghasilkan 1-2 telur per masa perkembangbiakan,” ungkapnya terkesan.
Selain atraksi pengamatan burung kakatua jambul kuning di alam bebas, melalui open trip Beka’ Ecotourism wisatawan juga diajak menikmati eksotika hutan mangrove yang masih sangat rimbun dan asli. Menangkap ikan dan kepiting dengan alat tradisional menjadi bagian penting atraksi.
Demikian juga wisatawan dimanjakan dengan wisata bahari. Seperti memancing dan snorkeling di perairan Pulau Karang Pote. Sebuah pulau atol dengan kondisi air yang jernih di dekat Pulau Masakambing, Masalembu.
Terpisah, Peneliti dan Penggiat Konservasi dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Ihsannudin mendukung kegiatan semacam ini. Terlebih untuk mendukung konservasi kakatua jambul kuning di Pulau Masakambing. Apalagi, setelah ditetapkannya tempat tersebut sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).
“Maka, ekowisata minat khusus adalah pilihan yang tepat,” paparnya.
Lebih lanjut, pria yang juga mengajar di Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UTM ini menjelaskan, ekowisata itu berbeda dengan wisata pada umumnya. Karena dalam ekowisata, harus memiliki muatan tanggung jawab interpretasi/edukasi, pelestarian dan keterlibatan masyarakat lokal. Poin tersebut menjadi nilai penting yang tak diperoleh di wisata lain.
Diharapkan, dengan ekowisata ini masyarakat setempat memperoleh manfaat ekonomi. Melalui penyewaan penginapan (homestay) yang sudah tersedia, penyewaan perahu dan jasa persewaan peralatan snorkeling. “Dengan demikian, tujuan ekologi dari pelestarian kakatua dia kawasan KEE Pulau Masakambing dapat berjalan beriringan dengan pemberdayaan ekonomi dari keterlibatan masyarakat lokal,” pungkasnya. (*)