maduraindepth.com – Suasana Pendopo Keraton Sumenep pada Rabu (21/8) lebih ramai dari biasanya. Ratusan kendaraan memadati bahu jalan raya. Satu persatu, kendaraan diparkir. Posisinya, berada di area bangunan keraton peninggalan masa kerajaan Kota Keris.
Orang-orang yang datang, rata-rata mengenakan pakaian rapi. Beberapa di antaranya, juga banyak yang mengenakan jas.
Kerumunan orang itu datang ke Pendopo Keraton Sumenep bukan untuk melihat benda peninggalan kerajaan. Melainkan, menyambut para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang diambil sumpah jabatannya pada hari itu.
Setelah pelantikan, satu persatu anggota legislatif terpilih mulai meninggalkan tempat. Mereka beranjak dari Pendopo Keraton didampingi rombongan pendukungnya. Jalan raya di sekitar pusat kota Sumenep, padat kendaraan. Terutama para pendukung yang melangsungkan konvoi perayaan.
Namun, ada satu konvoi yang berbeda. Darul Hasyim Fath, anggota DPRD Sumenep dari kepulauan terjauh, Pulau Masalembu tepatnya, memilih berkonvoi menggunakan sepeda ontel. Beranjak dari Pendopo Keraton Sumenep, dia tidak pulang menuju rumah. Tetapi, langsung menuju ke Kantor DPRD Sumenep.
Sembari mengayuh pedal sepeda ontel, Darul tampak menikmati perjalanan. Wajah sumringah saat membersamai para pecinta sepeda klasik itu juga terlihat sangat jelas.
“Ada banyak cara dalam mewujudkan mimpi sejarah para pendiri bangsa,” ungkap Darul Hasyim Fath kepada media ini setelah tiba di halaman kantor DPRD Sumenep.
Politisi senior dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu, menganggap jabatan wakil rakyat sebagai sebuah tanggung jawab besar. Sehingga, cara merayakannya juga harus bisa bersentuhan langsung dengan rakyat.
Darul menyampaikan, bahwa cita-cita besar bangsa dan negara ini adalah sebuah kemerdekaan yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Demi mencapai semua itu, tentu tidak mudah. Memerlukan pengorbanan besar agar benar-benar bisa dirasakan keberhasilannya oleh bangsa dan negara.
“Sebagai legislator dari kepulauan terjauh di Kabupaten Sumenep, saya menerima mandat itu dengan penuh ketakziman,” katanya.
Kepada para wakil rakyat, kata Darul, bangsa ini menitipkan harapan besar. Bahkan, hingga menyerahkan suara dan kedaulatannya. Sesuatu yang sangat berarti itu, tidak bisa sekadar dihargai murah dengan rupiah.
Satu-satu harga yang sepadan untuk membayar mandat kedaulatan rakyat, adalah dengan mewujudkan cita-cita besar kemerdekaan bangsa ini. Maka dari itu, lanjut dia, tidak ada jeda sedikit pun bagi legislator untuk terus memperjuangkan aspirasi rakyat.
“Mewakili daerah kepulauan, sudah barang tentu bagi saya untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat pesisir,” ujar Darul.
Dia menyebut, selama ini, masyarakat kepulauan selalu diidentikkan dengan ketertinggalan. Bahkan, ketertinggalan tersebut meliputi berbagai sektor. Mulai dari pembangunan infrastruktur, ekonomi, pendidikan, hingga kesehatan.
Sehingga, tidak heran jika pada masa lalu, samudera sering dianggap sebagai pembatas antara satu daratan dengan daratan lainnya. Namun di masa depan, perspektif itu harus bisa diubah. Darul mencita-citakan sebuah samudera menjadi pemersatu antar pulau, hingga benar-benar terlepas dari segala bentuk kesenjangan.
Kata dia, itu adalah cara yang paling mudah untuk mewujudkan Negara dan Bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Namun, di samping itu, harus diterjemahkan ke dalam misi mencerdaskan kehidupan bangsa, mendistribusikan seluruh proses keadilan, dan menyemai perdamaian abadi.
“Sebab, merdeka adalah hak segala bangsa,” pungkasnya. (bus/*)