maduraindepth.com – Semarak budaya tradisional kembali menggema di Kabupaten Sumenep melalui gelaran Festival Jharan Serek 2025 yang resmi dibuka pada Senin (5/5). Acara ini menjadi salah satu agenda unggulan dalam kalender pariwisata daerah, sekaligus momen penting untuk memperkuat identitas budaya masyarakat Madura, khususnya di wilayah Sumenep.
Jharan Serek, kesenian tradisional khas Kabupaten Sumenep, merupakan pertunjukan yang menggabungkan atraksi kuda yang digerakkan oleh pawang dengan iringan musik karawitan. Gerak lincah sang kuda yang seolah “menari” mengikuti ritme musik menciptakan tontonan unik dan penuh daya tarik. Selain sebagai hiburan, Jharan Serek juga mengandung nilai historis dan spiritual.
Festival tahun ini mengambil titik start di depan Labang Mesem, pintu gerbang utama Keraton Sumenep yang sarat nilai sejarah, dan berakhir di Lapangan Giling. Kehadiran lebih dari 75 kelompok Jharan Serek, melampaui jumlah undangan sebanyak 60 kelompok, menjadi bukti bahwa kesenian ini masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat.
Dalam sambutannya, Kepala Disbudporapar Sumenep, Mohammad Iksan, menjelaskan bahwa Festival Jharan Serek merupakan bagian dari pelaksanaan Calendar of Event 2025, sekaligus bentuk perhatian pemerintah terhadap pelestarian budaya lokal.
“Festival ini adalah rangkaian kalender of event 2025 dan bentuk perhatian dari pemerintah terhadap seluruh elemen PAB Jharan Serek yang ada di Kabupaten Sumenep,” ujar Iksan.
Sementara itu, Bupati Sumenep Ahmad Fauzi Wongsojudo yang secara resmi membuka acara, menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda dalam menjaga kelestarian budaya.
“Festival ini harus dikembangkan dengan lebih atraktif dan kreatif. Tantangan terbesar kita adalah regenerasi pelaku budaya. Saya harap Festival Jharan Serek bisa menjadi ajang promosi budaya yang mampu menjangkau lebih luas hingga ke luar daerah,” ujar Bupati.
Bupati juga menyoroti bahwa Jharan Serek belum sepopuler Kerapan Sapi atau Sapi Sono, kesenian ini memiliki kekuatan visual dan nilai budaya yang tak kalah menarik. Ia berharap ke depannya promosi budaya seperti ini bisa lebih digencarkan sebagai bagian dari strategi pengembangan wisata budaya Sumenep.
Selain bertepatan dengan pertemuan nasional Persatuan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABDI) yang digelar di Sumenep. Festival Jharan Serek 2025 menjadi penanda semangat baru dalam pelestarian budaya lokal Madura, serta mendorong masyarakat untuk terus mencintai dan melestarikan warisan leluhur di tengah derasnya arus modernisasi. (*/MH)