maduraindepth.com – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bangkalan terus berupaya menuntaskan persoalan sampah di Kota Dzikir dan Shalawat. Namun, di sisi lain, keterbatasan armada pengangkutan menjadi salah satu faktor kendala penanganan sampah di kabupaten ujung Barat Pulau Madura ini.
Kepala DLH Bangkalan Anang Yulianto melalui Kepala Bidang (Kabid) Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Yudis menyampaikan, pihaknya armada berupa truk pengangkut sampah yang dimiliki masih terbatas. Hingga saat ini, hanya ada sembilan armada yang beroperasi.
Diterangkan, total terdapat 12 armada pengangkut sampah yang dimiliki DLH. Namun, tiga armada tidak bisa dioperasikan, karena mengalami kerusakan.
“Tinggal sembilan truk, jadi satu truk saat ini melayani tiga lokasi dan enam trayek,” ucapnya, Senin (26/12).
Setiap tahun, lanjut dia, pihaknya mengajukan penambahan truk pengangkut sampah. Namun hingga saat ini, permohonan tersebut belum dikabulkan pemerintah daerah. Meski begitu, pihaknya tetap berkomitmen mengatasi persoalan sampah di Bangkalan.
“Dari tahun 2017 hingga sekarang anggaran yang diterima DLH hanya Rp 2,7 miliar. Anggaran dari dahulu masih tetap,” ujarnya.
Yudis memaparkan, armada yang dimiliki DLH Bangkalan saat ini terbilang masih sangat minim. Menurut dia, permasalahan sampah tersebut akan selesai, jika jumlah armada memadai. Solusinya, perlu penambahan truk pengangkut sampah.
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya Di Sini
Seperti di kawasan Timur, kata Yudis, minimal harus ada tujuh truk pengangkut sampah. Begitu juga untuk wilayah Utara Bangkalan. Diakui, penambahan armada membutuhkan biaya besar. Menurut dia, anggaran Rp 2,7 miliar tidak mampu memenuhi kebutuhan penambahan armada tersebut.
“Setiap truk itu harganya Rp 1 miliar. Pemeliharaan Rp 400 juta, kemudian BBM Rp 1,6 miliar per kawasan dan bayar para tenaga kerja Rp 900 juta pertahun,” jelasnya.
Dia menyebut, akibat kekurangan armada pengangkut sampah tersebut, para petugas kebersihan terpaksa harus menambah jam kerja. Bahkan hingga larut malam. “Mereka kerja sampai rumah bisa jam 23:00,” ucapnya.
Mengatasi kekurangan armada itu, DLH Bangkalan tengah mempersiapkan rancangan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST). Menurut Yudis, upaya tersebut bisa menjadi formula untuk menyelesaikan permasalah sampah di Bangkalan.
“TPA (Tempat pembuangan akhir) yang dulu itu kita turunkan status menjadi TPST, kami harap bisa segera beroperasi, agar role model yang kami tawarkan, jalan. Seperti ada TPS 3R (Reduce, reuse, recycle), ada bank sampah, ada rumah daur ulang,” tutupnya. (RM/*)