Dinamika PIWS yang Tak Lagi Melatih, Wabup Fauzi: Kita Akan Kroscek Kebenarannya

Wabup Sumenep, Achmad Fauzi saat diwawancarai awak media. (Foto: MR/MI)

maduraindepth.com – Pengentasan angka pengangguran di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, masih terus menjadi sorotan publik. Pasalnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat dalam menurunkan angka pengangguran dilakukan dengan upaya berwirausaha.

Melalui Wirausahawan Muda Sumenep (WMS) contohnya, dari pelatihan Pusat Inkubator Wirausaha Sumenep (PIWS) terselenggara.

Hal tersebut ditanggapi oleh Wakil Bupati (Wabup) Sumenep, Achmad Fauzi, bahwa setiap tahunnya meski belum mencapai 1000 wirausahawan terus menjadi evaluasi.

“Persoalan wirausaha muda tetap kita evaluasi setiap tahun, apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan kita pertahankan,” katanya, Jumat (18/10).

Namun, Wabup Fauzi, mengatakan, dalam mengurangi angka pengangguran dibutuhkan proses, dan tidak lahir secara instan. “Tapi untuk mencari format, bentuk yang terbaik, agar semua merasa terakomodir merasa efek yang lebih baik pastinya butuh proses,” terangnya.

Wabup Fauzi mengklaim, saat ini Sumenep menjadi pengangguran tingat terendah se-Jawa Timur. Padahal, dinamika pengangguran di Kota Keris ini terus bergejolak.

“Kalau dinamika itu biasa, pengangguran di Jawa Timur untuk Sumenep malahan terendah dan terbaik,” jelasnya.

Disinggung soal perkembangan WSM empat tahun terakhir, sebab PIWS dituding mahasiswa saat mendemo kantor Dinas Koperasi Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM), Kamis (3/10/2019) lalu, Wabup Fauzi, menegaskan akan turun lapangan.

“Nanti kita kroscek kebenarannya,” singkatnya.

Baca juga:  Jalan Raya Aeng Panas Makan Korban Meninggal Akibat Laka Lantas

Terpisah, dari hasil data Badan Pusat Statistika (BPS) Sumenep, melalui Kepala Seksi (Kasi) Statistik Sosial, Agus Wijaksono, mengatakan bahwa angka pengangguran pada tahun 2018 tercatat 1.79 persen.

“Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 1.79 persen pada tahun 2018. Angka pengangguran ini dihitung dari survei yang dilaksanakan BPS namanya Survei Angkatan Nasional (Sakernas),” paparnya.

Disisi lain, tercatat dari pencari kerja yang terdaftar di Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) setempat, sejak bulan Januari sampai dengan Oktober 2019, mencapai 12.408 orang.

“Selama Januari sampai bulan Oktober 2019, yang mengambil kartu tanda pencari kerja (AK-1) sekitar 500-an. Mereka semua baru lulus dari kuliah, dari sekolah itu,” ungkap Kepala Seksi (Kasi) Informasi dan Pasar Kerja Disnakertrans, Andrie Zulkarnain. (MR/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *