Ahli Menyamar, Ilmu Matrawi Kalahkan Konsep Pencarian Petugas

Rutan Sumenep. (Foto: MR/MI)

maduraindepth.com – Matrawi (37), salah satu narapida di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang kabur Minggu (29/9/2019) tahun lalu hingga kini tak kunjung kembali.

Diketahui, Matrawi berhasil melepas rantai pengikat kedua kakinya, serta merusak borgol di tangannya dengan cara yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan manusia pada umumnya.

Bahkan, pihak Rutan sendiri mengaku kesulitan mengakses keberadaan Matrawi yang kabur sejak beberapa bulan yang lalu itu.

Hal itu disampaikan Kepala Pengamanan Rutan (KPR) Rutan Kelas II Sumenep, Teguh, bahwa keberadaan Matrawi, terkahir terdeteksi oleh tim kepolisian jauh dari daerah Pulau Madura.

Akan tetapi, selang waktu yang tidak menentu itu, keberadaan Matrawi sudah tidak bisa diakses lagi.

“Hampir genap enam bulan dia sudah kaburnya. Terakhir itu kami sempat mengakses keberadaannya di Bali tetapi karena memang terbilang gesit sudah tidak tahu sekarang ada di mana,” ungkapnya, pada awak media, Jumat (7/2).

Teguh menjelaskan, kehebatan Matrawi juga terlihat dari alat yang digunakan saat proses melarikan diri dari Rutan yang terbilang unik, yakni besi pengikat tangan dan kaki serasa mudah dilepas begitu saja, dilanjutkan dengan mencongkel dinding menggunakan sendok makan.

Termasuk kehati-hatian Matrawi, kata Teguh, yang tidak menampakkan wujud aslinya ketika tampil ke publik atau tempat-tempat umum, sehingga kerap kali aksi tersebut mengecoh petugas kepolisian saat akan melakukan aksi penangkapan.

Baca juga:  PAC Pergunu Rubaru Bentuk Pimpinan Ranting Berbasis Lembaga Pendidikan

“Dia nyamar, pakai topeng wajah itu, juga terkadang memakai topong seperti masker wajah, sehingga polisi sulit mengenalinya, dan bahkan takut salah tangkap,” kata dia.

Hingga kini, yang menjadi kendala utama pencairan Matrawi adalah biaya operasional yang digunakan untuk proses pencarian yang terbilang minim. Sebab selain tidak ada anggaran, menurutnya Teguh, ketika diawal proses pencarian itu sering menggunakan jatah gaji petugas kepolisian.

Meski begitu, diakui Teguh, proses pencarian tetap berlanjut.

“Perjanjiannya kalau tidak menyerahkan diri, maka akan ditembak mati nanti, terlebih ketika melawan,” pungkasnya. (MR/AJ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto