maduraindepth.com – Madura menjadi nomenklatur yang menimbun banyak keunikan tradisi dan budaya. Satu di antaranya, terminologi istilah ‘toron’ yang sarat banyak mengandung makna.
Istilah ini biasanya digunakan ketika seseorang sedang merantau atau bepergian lalu kembali ke kampung halaman. Hal lain biasanya dipakai di momen Idul Fitri terhadap salah satu kerabat yang hendak pulang mudik.
Toron merupakan sinonim yang berarti “turun” dan “pulang”. Secara implisit kedua makna ini memiliki keterikatan yang mendalam. Toron dalam kamus Indonesia bermakna turun. Artinya berpindah dari atas ke bawah.
Lumrahnya, istilah toron diemban seseorang dalam mencari nafkah atau bekerja ke luar Madura, lalu pulang. Konon dia akan membawa oleh-oleh dan membagikan ke sanak famili di kampung.
Selain itu, toron juga diartikan secara khusus untuk pulang bersilaturahmi kepada keluarga guna menyambung dan mempererat hubungan keluarga. Tradisi toron ini diartikan secara spesifik.
Sebagaimana hal tersebut diungkap oleh Mudahri, salah seorang warga Ketapang Timur yang pernah merantau ke tanah Borneo Kalimantan Selatan, Banjarmasin. “Makle tak elang satretanan,” ungkapnya saat ditanya Maduraindepth.
Mudahri menuturkan bahwa sebenarnya tradisi toron merupakan cara unik masyarakat Madura dalam menyiarkan agama. “Toron ini kan sebenarnya syiar agama,” tegasnya.
Korelasinya, dampak tradisi toron di Madura sangat signifikan. Sebab peristilahan ini hanya terdengar dalam waktu-waktu tertentu, seperti lebaran Idul Fitri, lebaran Idul Adha, dan acara-acara penting lain seperti takziyah ke famili yang terkena musibah.
Sehingga konsep silaturahim yang merupakan imbauan agama mudah dilestarikan. “Dampak yang paling nyata; silaturahim dengan keluarga semakin erat, jelas, silaturahim ini kan perintah agama,” ujarnya. (AR/NR)