Gendrang, Tradisi Membangunkan Sahur saat Ramadhan di Pulau Mandangin

Tradisi gendrang membangunkan sahur warga pulau mandangin sampang madura
Sejumlah warga saat menggelar tradisi gendrang untuk membangunkan masyarakat di Pulau Mandangin, Sampang, Madura, pada masa waktu sahur di bulan suci Ramadhan. (Foto: Alimuddin/MID)

maduraindepth.com – Membangunkan orang sahur telah menjadi tradisi di Indonesia saat memasuki bulan Ramadan. Banyak cara dilakukan untuk membangunkan orang agar segera melakukan makan sahur. Tak terkecuali juga di Desa Pulau Mandangin, Kecamatan Sampang, Madura.

Terdapat tradisi di Pulau Mandangin, Sampang, untuk membangunkan sahur yang telah ada sejak lama bernama Gendrang. Tradisi ini dilakukan oleh sekelompok warga atau pemuda yang bertujuan untuk membangunkan orang yang sedang tertidur, agar segera melakukan makan sahur.

banner 728x90

Biasanya musik tradisional Gendrang ini dilakukan dengan membunyikan beragam alat musik tradisional seperti gendang, suling, gong hingga kenong. Alat-alat musik itu dibunyikan dengan diiringi musik dangdut, agar orang yang mendengarnya terbangun, dengan dibantu pengeras suara.

Sekelompok warga yang mayoritas adalah pemuda setempat berkumpul mulai pukul 00.30 dini hari. Sebelum memulai aksinya, mereka terlebih dulu menyiapkan alat-alat musik yang akan dibawa serta mengumpulkan para anggota Gendrang.

Kemudian, sekitar pukul 01.00, pasukan Gendrang ini beraksi berkeliling kampung di Desa Pulau Mandangin Sampang sembari membunyikan alat musik dan bernyanyi dangdut. Sesekali mereka berhenti di tempat lapang untuk sekedar beristirahat sejenak. Namun musik terus dibunyikan.

Meski terkesan bising dan mengganggu waktu tidur, namun tradisi musik Gendrang ini rupanya disambut baik oleh warga. Bahkan tidak sedikit warga yang keluar rumah untuk menyaksikan pasukan Gendrang beraksi.

Baca juga:  Puisi Pertunjukan, Cara Komunitas Gubuk Kata-kata Peringati Maulid Nabi

Tidak hanya pemuda saja yang mengikuti tradisi musik Gendrang ini, beberapa anak-anak hingga orang dewasa pun antusias ikut berkeliling kampung. Tujuannya, membangunkan warga untuk sahur.

Setelah semua gang kampung dilewati, pasukan Gendrang ini kembali ke tempat awal mereka berkumpul. Sekitar pukul 03.00, musik Gendrang pun selesai dan para sekelompok pemuda ini pulang ke rumah masing-masing.

Iqbal, salah satu warga lokal mengaku, musik tradisional Gendrang ini ada sejak dulu dan tetap dilestarikan hingga saat ini. Tujuannya selain menghibur warga, juga bermaksud untuk membangunkan warga saat sahur.

“Biasanya kalau di Desa Mandangin, setiap jam 01.00 WIB tradisi Gendrang selalu ada, muda-mudi berkumpul dan meramaikan tradisi ini setiap tahunnya,” ucapnya, Ahad (9/4).

Gendrang Juga Dimainkan saat Perayaan Malam Takbiran Idul Fitri

Founder Pokdarwis Pesona Mandangin, Lukman Hakim mengatakan, tradisi musik Gendrang ini murni peninggalan warisan warga Pulau Mandangin, Sampang. Menurut dia, tradisi ini tetap dilestarikan meskipun setiap tahunnya mengalami perubahan, baik dari segi isi penampilan para personil maupun lagu-lagu dibawa saat memainkan musik ini.

“Kami bangga dan ini patut dilestarikan, selain menghibur juga meminimalisir kenakalan remaja, muda-mudi, dewasa dan orang tua bersatu untuk memainkan musik Gendrang ini di pagi hari,” ungkapnya.

Advokat muda asal Mandangin itu menyebut, musik tradisional Gendrang ini sebenarnya tidak hanya dimainkan saat membangunkan orang sahur ketika puasa, tetapi juga saat lebaran tiba. Hal itu sebagai tanda memeriahkan, dan satu-satunya musik tradisional paling banyak dimintai warga setempat.

Baca juga:  Semarak Takbir Keliling di Pulau Mandangin

“Personilnya lebih dari 20 orang, untuk masing-masing petugas terdiri dari, vokal, gendang empat orang, suling satu orang, gong tiga orang, pemegang corong pengeras suara dua orang, dan operator pengeras suara dua orang, sisanya hanya mendampingi memeriahkan,” terangnya.

Dia berharap, tradisi musik Gendrang ini tetap dilestarikan dengan nuansa lokal dan penuh kekompakan. Sebab tidak hanya sebagian hiburan saja, juga sebagai pererat tali silaturahmi antar masyarakat desa.

“Semoga gendrang jadi tradisi yang terus turun temurun, serta masih bersih dari pengaruh narkoba di tengah kehidupan pemuda, dan menjadi kekayaan desa Mandangin untuk terus dikembangkan,” harapnya. (Alim/*)

Dapatkan Informasi Menarik Lainnya Di Sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *