Sampang Disebut Minim Identitas, Fafan: Baju Adat Saja Tidak Punya

Sampang
Sejumlah budayawan dan aktivis membahas perumusan rumah adat. (FOTO: Alimuddin/MI)

maduraindepth.com – Ketua Tim Perumus Baju Adat, Moh. Iqbal Fathoni menyebut Kabupaten Sampang merupakan daerah yang minim identitas. Pasalnya kabupaten yang diapit tiga kabupaten di Madura ini tidak memiliki ciri khas, baik kesenian maupun baju adat.

Karenanya, pihaknya bersama sejarawan dan budayawan melakukan pembahasan secara mendalam terkait hal tersebut. Mereka berusaha mengumpulkan referensi dari semua sumber yang berkaitan dengan Kota Bahari.

Fafan, sapaan akrabnya, mengatakan, kabupaten lainnya seperti Pamekasan dan Sumenep sudah punya pakaian khas daerah. Sementara Sampang sendiri hingga kini masih belum punya.

“Baju adat saja tidak punya, dari itu kami terdorong agar Sampang memiliki identitas,” tutur pria yang juga salah satu legislator muda di DPRD Sampang itu, Senin (26/9).

Dia memaparkan, perumusan pemilihan baju adat khas Sampang ini tidak ada perbedaan yang mencolok dibandingkan kabupaten lainnya di Madura. Hal itu berdasarkan penggalian data dari berbagai macam sumber literasi, seperti buku, dokumentasi foto perpustakaan provinsi hingga dokumen pendukung lainnya.

“Setelah dilakukan kajian dari beberapa sumber referensi, hasilnya nyaris tidak ada perbedaan pakaian adat di empat kabupaten di Madura. Seperti odheng tongkos juga dipakai di Pamekasan dan Bangkalan,” ungkapnya.

Hanya saja, sambung Fafan, yang paling menarik di perumusan baju adat khas daerah ini terletak pada corak batik di baju dan ikat kepala. Dari proses perumusan baju adat itu, pihaknya mengaku sempat menginginkan pakaian khas Sampang bisa berbeda dengan tiga kabupaten lainnya di Madura.

Namun hal itu tidak diwujudkan lantaran fakta sejarah yang menyebut Madura merupakan bekas jajahan Mataram. Baik dari sisi politik, maupun kebudayaan.

“Secara substansi sama berdasarkan hasil pengumpulan data dari tim, jadi kami tidak mau munafik dan keluar dari fakta sejarah,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, perumusan baju adat masih proses mengumpulkan data-data sejarah. Dalam hal ini pihaknya melibatkan budayawan, seniman dan organisasi lainnya.

“Awal Oktober akan pra launching seperti apa bentuk dan motif baju adat Sampang. Pasca itu masyarakat boleh memberikan masukan sebagai bahan evaluasi untuk dikaji lagi,” tandasnya.

Sementara Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Sampang, Marnilem berpesan, sebelum baju adat itu ditetapkan harus dilakukan pengkajian lebih dulu. Sementara pihaknya hingga kini masih dalam proses mencari data akurat sebelum baju adat itu diresmikan.

“Sampang kan belum punya baju khas, kalau Pamekasan dan Sumenep sudah punya, ” pungkasnya. (Alim/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *