maduraindepth.com – Kabupaten Sampang resmi memiliki busana khas daerah sendiri, setelah menunggu 399 tahun. Launching berlangsung di Aula Pendopo Trunojoyo setempat, dihadiri Bupati Slamet Junaidi dan Wakil Bupati Abdullah Hidayat, Sabtu (17/12).
Kepala Disporabudpar Kabupaten Sampang, Marnilem menyampaikan, busana adat Sampang ini lahir dari sejumlah upaya perumusan intisari nilai sejarah, kebudayaan dan sosial yang ada di Kota Bahari. Menurutnya Sampang akan mengukir sejarah. Pasalnya, Kota Bahari ni memiliki busana adat baru, setelah disahkannya Peraturan Bupati tentang baju adat khas ini.
“Sejak 2021 kita serap aspirasi untuk baju adat, melalui uji publik dan mempertimbangkan kesesuaian segala aspek mulai dari sejarah, sosial hingga budaya yang ada di Kabupaten Sampang,” ujarnya.
Bupati Slamet Junaidi menegaskan, busana adat ini diresmikan sebagai upaya membranding dan memperkenalkan ciri khas Kabupaten Sampang, melalui adat dan kebudayaan lokal.
“Ini bentuk upaya agar Kabupaten Sampang punya khas baju sendiri, kita coba membranding Kabupaten Sampang, agar wisatawan dari luar selalu ingat Kota Bahari,” pungkasnya.
Jenis dan Detail Baju Adat Sampang
Rashogan Cakraningrat
Busana Beskap berbahan bludru hitam pekat dengan sulaman emas, dipadukan dengan bawahan batik motif seser. Kemudian menggunakan pin cakraningrat dan penutup kepala odheng model Tongkosan, serta slop bludru hitam sebagai alas kaki dikenakan oleh Bupati dan Wakil Bupati.
Sementara istri Bupati dan istri Wakil Bupati mengenakan setelan baju dan alas kaki yang serupa dengan kerah kartini, dikombinasikan ornamen bros bermotif kupu-kupu. Riasan rambut ghellung pale’ katopak dengan bunga sekar mellok di kanan dan kirinya.
Rasoghan Mangkubumi
Setelan ini merupakan busana yang dikenakan oleh Forkopimda dan Pejabat Eselon II. Beskap berbahan wall dengan kancing emas berjumlah ganjil memakai pin Cakraningrat, setelan bawah batik motif seser, odheng tongkosan dan selop hitam berbahan polos.
Sementara ibu-ibu mengenakan kebaya hitam bludru hitam pekat, model krah kartini klasik dengan ornamen emas dan bawahan batik seser motif soga, memakai bros emas bermotif melati dengan alas kaki selop hitam, dan riasan rambut ghellung pale’ katopak dengan bunga sekar mellok di sebelah kanan.
Rashoghan Pongghaba
Model baju beskap hitam berkerah tegak, dengan ornamen list berwarna silver dengan kancing berjumlah ganjil, serta odheng model peredhen yang digunakan oleh pegawai laki laki. Sementara bagi pegawai perempuan mengenakan kebaya berbahan bludru hitam pekat dan bros bulat berwarna silver. Baik laki-laki maupun perempuan mengenakan sandal selop hitam serta bawahan batik motif ombak berwarna merah soga.
Rashoghan Maghersareh
Baju atasan pesak sebagai kardigan, dan kaos bercorak merah putih bergaris melintang dengan celana hitam gombor, menggunakan ikat pinggang kulit berwarna hitam. Riasan kepala mengenakan odheng tapoghen dan alas kaki sandal kulit bagi masyarakat laki-laki.
Untuk masyarakat perempuan mengenakan kebaya hitam berbahan brokat tanpa beff, dinar susun tiga sebagai pin, ghellung senthe’lan, bawahan kain batik Sampang dengan motif kembang jati, kon-sokon, daun perreng, ajem panjilaras dengan warna merah soga, serta alas kaki yang tidak tertutup. (Alim/MH)