PKKMB STKIP PGRI Sumenep Tuntas, Ingatkan Mahasiswa Jadi Kontrol Sosial

Penutupan ppkmb stkip pgri sumenep
Jajaran Pimpinan Kampus STKIP PGRI Sumenep berfoto bersama dengan mahasiswa saat penutupan PKKMB 2024 di kampus setempat, Rabu (11/9). (Foto: STKIP PGRI Sumenep for MID)

maduraindepth.com – Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) STKIP PGRI Sumenep tuntas dilaksanakan. Puncak acara ditandai dengan dilaksanakannya seremonial penutupan, Rabu (11/9).

Sesuai dengan jadwal, kegiatan itu diagendakan selama tiga hari, dimulai Senin-Rabu (9-11/9). Sedangkan, dalam rangkaian kegiatannya, terdapat sejumlah materi pengenalan awal tentang kehidupan kampus bagi mahasiswa baru.

Sebagian banyak materi yang disampaikan kepada mahasiswa baru, yakni berupa sosialisasi. Mulai dari sosialisasi jajaran pimpinan kampus, unit bagian pengelola, hingga organisasi kemahasiswaan di internal kampus.

Ketua Panitia PKKMB STKIP PGRI Sumenep Imam Syafi’ie mengucapkan selamat kepada mahasiswa baru yang sudah berhasil mengikuti kegiatan sampai akhir. Dia menekankan, acara pengenalan kehidupan kampus itu jangan sekadar dianggap sebagai kegiatan formalitas.

“Pahami substansinya. Supaya, pascakegiatan ini, bisa melaksanakan tugas dan perannya sebagai mahasiswa,” ungkapnya.

Imam berpesan, mahasiswa baru yang telah selesai mengikuti semua rangkaian kegiatan PKKMB, seharusnya tidak lagi berpikir dogmatik atau bahkan normatif. Melainkan, harus bisa berpikir kritis terhadap semua dinamikan yang dihadapi.

“Semua persoalan harus dihadapi dengan pola pikir yang kritis. Mulai dari yang terjadi di dalam kampus, atau bahkan di luar,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STKIP PGRI Sumenep Noris Sabit makin menguatkan pernyataan Imam. Kata Noris, peran mahasiswa bukan sekadar menjadi peserta didik seperti saat menyandang gelar siswa.

Baca juga:  Medco E&P Salurkan 250 Paket Sembako Untuk Masyarakat Kurang Mampu di Sampang

Lebih dari itu, lanjut dia, mahasiswa harus mampu menjadi kontrol sosial. Semua persoalan yang terjadi di sekitarnya, harus segera diatasi. Minimal, mahasiswa bergerak sebagai inisiator bagi masyarakat untuk bisa berkembang dan berkemajuan dengan ilmu pengetahuan.

“Mahasiswa harus bisa menciptakan perubahan bagi masyarakat untuk menjadi lebih baik,” katanya.

Sebagai mahasiswa, tentu tidak cukup sekadar mementingkan pribadi. Dalam tiap keadaan, harus bisa mendahukukan kepentingan publik atau sosial di sekitarnya. Maka dari itu, mahasiswa sebaiknya peka terhadap berbagai problematikan sosial yang sedang terjadi.

“Minimal, jika menemukan persoalan di tengah masyarakat, maka mahasiswa bisa memberikan opsi rekomendatif terhadap pemangku kebijakan,” pungkasnya. (bus/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *