Pemuda Ini Akan Bikin Wisata Kebun Pisang di Sampang

Ayik Arifulllah sedang berada di kebun pisang miliknya. (Foto : Alimuddin/MI)

maduraindepth.com – Bagi sebagian masyarakat, pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir dua tahun ini membuat mereka malas melakukan aktifitas. Namun, itu tidak berlaku bagi Ayik Arifullah. Pemuda lulusan Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip) di salah satu Perguruan Tinggi Surabaya.

Warga kelurahan Rongtengah, kecamatan Sampang ini menyulap lahan kosong miliknya seluas hampir 1 hektar menjadi kebun pisang. Lahan yang terletak di jalan Trunojoyo no. 9 Sampang itu ditanami enam jenis pisang yang berbeda. Antara lain, pisang keppok, raja bulu, Cavendish, raja nangka, maskirana dan pisang agung.

banner auto

“Beli benih pisangnya pakai uang sendiri lah,” ucapnya kepada maduraindepth.com, Minggu (19/9) lalu.

Menurut dia, dulu lahan miliknya tidak terawat dan banyak tumbuhan liar. Merasa bosan di rumah, Ayik kemudian mencoba menghidupkan lahan miliknya tersebut dengan menanam pohon pisang.

“Awal mulanya masih mencari tanaman yang cocok untuk tanah di Sampang. Dengan modal keyakinan dan referensi dari YouTube, akhirnya saya tanami pisang, karena saya anggap cocok dengan tanah disini,” tuturnya.

Pohon pisang, jelas Ayik, termasuk tanaman yang tidak membutuhkan perawatan khusus dan memiliki daya tahan yang kuat. Cukup disiram saja tetap bertumbuh.

“Sebelumnya sudah ada tanaman pisang di lahan ini, meskipun tidak dirawat tetap tumbuh besar. Pernah juga pohon pisang itu kami bakar akibat hama, malah tumbuh bibit baru,” ungkapnya.

Baca juga:  Sampang Sabet Kabupaten Layak Anak Kategori Madya, Kopri PMII: Belum Layak

Ayik menuturkan, awal ditanam pada tahun 2020, tanaman pisangnya sempat mengalami kekeringan selama hampir dua bulan. Dia hampir putus asa karena sudah mengeluarkan anggaran yang cukup besar. Kendati demikian, Ayik bersama adiknya terus melakukan perawatan dengan menyiram pohon pisangnya setiap hari.

“Cara merawat tumbuhan pisang itu saya dapatkan lewat YouTube, karena basic kami bukan petani,” kata Ayik.

Meski sempat gagal pada awal tanam. Namun, Ayik tidak putus asa. Ia terus merawat dan menyiram pohon pisangnya setiap hari. Hasilnya, ratusan pohon pisangnya kini tumbuh subur dan mulai berbuah.

“Awalnya saya tanam melon karena waktu itu saya termotivasi oleh pemuda millenial di Sokobanah. Namun, saat dipanen rasa melonnya agak tawar dan tidak manis,” tuturnya.

Meski pisangnya sudah dipanen, namun sementara masih dikonsumsi sendiri. Ayik belum berani menjual ke pasaran, karena pisang-pisangnya masih belum familiar di kalangan masyarakat.

“Sebagian saya jadikan olahan seperti kripik pisang sebagai oleh-oleh khas Sampang,” ujarnya.

Ayik berencana akan menjadikan kebun pisang miliknya sebagai destinasi wisata, seperti kebun apel di Malang. Sebab, lokasinya strategis karena berada di depan kantor Dinas Wakil Bupati Sampang.

“Mungkin kebun pisang pertama dan satu-satunya yang ada di Sampang. Makanya kami coba tanam pisang cavendish. Apakah di Madura tanaman ini cocok atau tidak. Karena pisang cavendish hanya ada di Lumajang,” tutupnya. (Alim/aw).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto