Masjid Jamik Satu-satunya Cagar Budaya di Sumenep yang Diakui Kemendikbud

Cagar Budaya Sumenep
Kabid Kebudayaan, Disparbudpora Sumenep, Roby, saat ditemui dikantornya. (Foto: MR/MI)

maduraindepth.com – Dari empat Objek Cagar Budaya (OCB) di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, hanya ada satu yang diakui dan ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI). Hal itu disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan, Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora), Robi, Senin (18/11) saat ditemui di kantornya.

Dia mengatakan, dari empat unsur penting OCB Sumenep, diantaranya Masjid Jamik, Keraton Sumenep, Asta Tinggi, dan Benteng Kalimo’ok, hanya satu yang diakui Kemendikbud. “Yang sudah ditetapkan oleh Kemendikbud yaitu Masjid Jamik, sedangkan yang lainnya baru ditetapkan oleh keputusan Bupati,” katanya pada media ini.

Meski hanya satu yang diakui, dia mengatakan, semua bentuk dan benda, kawasan, serta wisata, bisa menjadi OCB. Sebab itu, semua elemen mulai dari masyarakat sampai Pemerintah Kabupaten (Pemkab) harus mencari keberadaannya.

“Kita mencoba mendata objek yang diduga cagar budaya. Dari beberapa objek yang diduga cagar budaya, jumlahnya mencapai ratusan,” katanya memastikan kekayaan Kota Keris ini.

Dalam penelitiannya, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), harus bekerja sangat ekstra. Karena membutuhkan waktu yang sangat lama agar cagar budaya yang ada bisa diakui oleh masyarakat luas.

“Bisa usulan itu dari masyarakat, Kepala Desa, maupun Pemerintah Daerah. Dari beberapa usulan itu kemudian dilakukan kajian dan ditetapkan surat keputusan Bupati,” papar Robi.

Baca juga:  Produksi Garam di Pamekasan Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Dia juga menegaskan, kelemahan untuk meneliti cagar budaya yang ada di Kabupaten ujung timur Pulau Madura ini sangat banyak, utamanya proses kepemilikan tanah yang sering jadi polemik kaum Pemerintah dan masyarakat.

“Kelemahannya kita masih ada di lahan. Untuk membuat wisata cagar budaya misalkan, sebagai penarik para wisatawan untuk datang ke Sumenep,” tuturnya.

Sedangkan anggaran, menurut Robi, bukan menjadi persoalan dalam mengembangkan OCB yang ada. Sebab, kekayaan Sumenep snabaty banyak baik daratan maupun Kepulauan.

“Sebenarnya tidak terlalu mahal, tapi untuk melakukan penelitian cagar budaya butuh perjalanan dinas,” pungkasnya. (MR/AJ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *