Kekeringan di Pamekasan Madura, Warga: Bantuan Air dari Pemerintah Tidak Merata

Kekeringan di Pamekasan Madura
Warga sedang menimba air sumur di Desa Sana Tengah. (Foto: RUK/MI)

maduraindepth.com – Kekeringan yang melanda Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur membuat warga kekurangan air bersih. Padahal, kabupaten yang dijuluki kota gerbang salam itu beberapa kali sempat diguyur hujan.

Supervisor Pusdal Ops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pamekasan, Budi Cahyono mengatakan, meski sempat turun hujan bantuan air bersih dari pemerintah tetap jalan. Bantuan itu disalurkan kepada desa-desa terdampak kekeringan.

banner auto

Disebutkan Budi, di Kabupaten Pamekasan ada sebanyak 80 desa yang tersebar di 11 kecamatan serta 325 dusun yang mengalami kekeringan. Jumlah tesebut, lanjut dia, sesuai dengan SK Bupati Pamekasan.

“Sesuai SK Bupati ada 11 Kecamatan dan 80 desa serta 325 dusun yang alami kekeringan,” ungkapnya, Rabu (20/11/2019).

Ketua Forum Komunikasi Mahasiswa Sana Tengah, Kecamatan Pasean, Pamekasan, Imam mengungkapkan, saat ini masyarakat sedang kebingungan untuk mendapatkan air bersih. Sementara air di sumur dan sungai sudah mengering.

“Sementara untuk mendapatkan air bersih untuk keperluan rumah masih membeli dengan harga Rp. 100 ribu satu tangki,” ujarnya.

Bencana kekeringan ini, lanjut Imam, juga berdampak pada pertanian. “Jadi sawah yang siap ditanami tersebut masih dibiarkan begitu saja, karena kalau dipaksa ditanam akan mati,” imbuhnya.

Untuk itu, dia meminta pemerintah betul-betul memperhatikan bencana kekeringan ini dengan cara memberi bantuan. Seperti membuat sumur bor. Karena menurutnya air merupakan kebutuhan pokok masyarakat.

Baca juga:  Diprediksi Alami Kemarau Panjang, Sumenep Terancam Kekeringan

Sementara itu, warga Desa Sana Laok, Kecamatan Waru, Pamekasan, Dani mengeluhkan bantuan air bersih yang diberikan pemerintah. Pasalnya bantuan tersebut dinilai tidak merata karena ada sebagian warga yang dapat bantuan air bersih, dan ada yang tidak.

Kendati demikian, bantuan air bersih itu tidak cukup untuk keperluan rumah sehari-hari. Akibatnya warga harus membeli air yang diangkut menggunakan mobil pickup.

“Jadi bantuan air itu tersebut tiga hari sudah habis, jadi masyarakat terpaksa harus membeli air untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya,” tandasnya. (RUK/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto