Jaga Peninggalan Leluhur, Keturunan Kades Pertama Desa Kodak Tak Berani Renovasi Rumah

Rumah Adat Madura
Rumah adat peninggalan Kades pertama Desa Kodak. (FOTO: Arif Tirtana/MI)

maduraindepth.com – Rumah peninggalan kepala desa (Kades) pertama di Desa Kodak, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang masih tampak kokoh berdiri. Keturunan Kades itu sampai saat ini sengaja tidak merenovasi atau menggantinya dengan rumah yang lebih modern. Alasannya hanya sekadar menjaga peninggalan dan menyimpan kenangan leluhur.

Keturunan kades Kodak pertama, Abdus Sakur menyampaikan, rumah itu sengaja dilestarikan agar tidak menghilangkan kenangan para leluhur. Hanya saja beberapa tahun lalu sempat diperbaiki pada bagian atap dan lantai karena ada kerusakan. Renovasi itu pun tidak menyeluruh, hanya sebagian saja.

banner auto

Kepada maduraindepth.com, ia menceritakan, sebenarnya pada bagian atap rumah tersebut terdapat ukiran berbentuk gambar tempo dulu. Tapi sekarang sudah tidak bisa dijumpai lantaran rusak. “Yang lain masih tetap peninggalan tempo dulu,” ujarnya, Sabtu (3/9).

Sakur mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan rumah itu dibangun. Hanya saja, ia memastikan bahwa bangunan rumah itu tidak akan direnovasi, apalagi dibongkar. “Kami hanya sebatas melakukan perbaikan tanpa merubah bentuk aslinya manakala ada kerusakan,” ujar pria yang kini menjadi Kades Kodak itu.

Sekadar diketahui, keberadaan rumah adat Madura masih banyak dijumpai di Kabupaten Sampang. Bahkan Sampang juga memiliki desa adat yang terletak di Desa Napo, Kecamatan Omben. Di Napo sampai saat ini menjadi kawasan wisata religi.

Baca juga:  Menyibak Keris Sumenep, Satu-satunya Empu Keris Perempuan

Disebut sebagai desa adat karena di sisi melestarikan rumah adat, Desa Napo juga memiliki tradisi tahunan yang dikenal dengan ‘Ngosar Sombher’ alias bersih-bersih sumber mata air dan ‘Panjhe’ Rajah’. Dua tradisi itu merupakan peninggalan Buyut Napo yang dikenal Kiai Abdul Jabbar. Ia merupakan tokoh ulama kharismatik yang memiliki pengaruh sosial pada masa Pangeran Trunojoyo sekitar tahun 1.500 Masehi. (RIF/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto