maduraindepth.com – Nasib petani tembakau di Sumenep tahun ini terancam buruk, sebab sampai saat ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Kabupaten Sumenep belum menentukan kebutuhan produksi tembakau.
Hal itu disampaikan oleh Kasi Produksi Tanaman Semusim Dispertahortbun Sumenep Bejo Budiono. Menurut dia, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi kebutuhan tembakau dari pabrik produsen rokok.
“Kalau normalnya seharusnya awal Agustus sudah ada informasi mengenai kenutuhan tembakau musim ini. Sehingga kami bisa menargetkan berapa produksi yang dibutuhkan,” jelasnya, Senin (10/8).
Bahkan menurut dia, beberapa produsen rokok sudah menyatakan tidak akan menyerap tembakau dari Sumenep untuk musim ini. “ada yang sudah konfirmasi ke saya bahwa salah satu gudang produksi masih memiliki stok, jadi tidak akan beli musim ini,” terangnya.
Ditanya mengenai penyebab lesunya permintaan produsen, Bejo mengatakan bahwa salah satu sebabnya adalah pandemi Covid-19. Selain itu, kata dia, naiknya cukai rokok sebesar 23 persen yang terjadi beberapa waktu ini juga menyebabkan produsen rokok mengurangi produksinya.
“Salah satu penyebabnya adalah Corona, tapi sebab lain juga ada kenaikan cukai sebesar 23 persen,” ungkapnya.
Mengenai harga tembakau saat ini, Bejo mengungkapkan bahwa pihaknya mendapat informasi bahwa petani masih bisa menjual tembakau mereka dengan kisaran harga Rp 25.000 sampai Rp 30.000.
“kalau informasi yang kami dapat dari masyarakat, katanya masih bisa jual dengan harga segitu untuk daun bawah,” kata dia.
Hal tersebut dibenarkan oleh Muhsin, 34, salah seorang petani asal Desa Pandian, Kecamatan Kota, Sumenep. “Masih bisa jual, harganya katanya Rp 25.000 per kilo,” ucapnya.
Mengenai belum adanya target produksi dari pemerintah, Muhsin mengaku tidak terlalu memikirkan. Sebab dia yakin tembakau yang dia tanam masih bisa dijual. “kalau tembakau insyaallah pasti masih laku,” tandasnya. (Aj/AW)