* Oleh : Faisol Ramdhoni
Meski bukan Alumni, terus terang dari dulu ada kekaguman tersendiri dengan Pondok Pesantren Assirojiyyah.
Keberadaannya yang ditengah perkotaan Sampang ini, tepatnya di Jalan Pemuda (Kajuk), tak membuat pesantren ini menghilangkan sistem salaf hingga saat ini.
Soal kemandirian, jangan ditanya. Sejumlah bangunan pesantren yang besar dan bertingkat yang berada di dalamnya bukan hasil dari bantuan pemerintah.
Bahkan juga jembatan yang membelah sungai, ratusan MCK yang dibangun, tempat penginapan di lantai dua, dan rumah adat Kalimantan Barat (rumah betang) semua berasal dari uluran tangan dan sumbangsih para Alumninya.
Pesantren ini juga memiliki usaha toko grosir yang dikenal lebih murah harganya dibanding tempat lain. Sehingga banyak pembeli dari Sampang yang datang untuk kulakan.
Tidak hanya itu, mungkin sedikit yang tahu bahwa Radio Salsabila FM yang sering dijadikan tempat talk show para aktivis Sampang itu adalah bagian dari Pondok Pesantren Assirojiyyah.
Bahkan, waktu adzan Radio Salsabila FM menjadi pedoman bagi mayoritas masjid-masjid di Sampang dan di luar Sampang. Tak jarang pula, direlay dan diputar di menara Masjid masing-masing.
Menariknya, di saat pro kontra soal vaksin menghangat di tengah Pandemi Covid-19 saat ini, tampaknya para pengasuh dan pimpinan Pondok Pesantren Assirojiyyah mempersilahkan para santrinya yang mau divaksin.
Sebuah kesadaran yang patut diteladani. Sebuah dukungan nyata bagi pemerintah, meskipun pesantren Assirojiyyah kerap menolak jika ada bantuan materi dan infrastruktur dari Pemerintah.
Jika Santri Assirojiyyah saja tidak takut divaksin, bagaimana dengan yang lain?.
Sungguh makin cinta ke pesantren ini, Assirojiyyah, aku padamu!.
Salam Takdim Kyai Atho’ullah Bushiri dan Kyai Itqon Bushiri, mohon maaf telah lancang menulis pesantren jenengan.
* Penulis adalah Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PCNU Sampang.