Tim Sekolah Alam Ubah Perspektif Siswa Terkait Permasalahan Sampah

Gelar Workshop Budidaya Maggot dan Budikdamber

Workshop sekolah alam sumenep budidaya maggot
Workshop budidaya maggot dan budikdamber yang dilaksanakan Sekolah Alam Sumenep. (Foto: IST)

maduraindepth.com – Sekolah Alam Sumenep kembali melaksanakan workshop untuk siswa-siswi SMA/SMK sederajat yang membahas budidaya maggot dan budikdambir (budidaya ikan dalam ember), Sabtu (16/11). Workshop yang diselenggarakan di Graha Puspa Matahari SMU Muhammadiyah 1 Sumenep, diikuti oleh enam sekolah, di antaranya SMK Al Karimiyyah, MAN Sumenep, SMA Muhammadiyah 1, SMAN 1 Gapura, SMAN 3 Sumenep dan SMK Nurus Shobah.

Sekolah Alam ini adalah program kolaborasi Asa Sociopreneur dan Lazismu Sumenep yang difasilitasi oleh Lazismu Pusat. Sekolah Alam masuk dalam program Lazismu Climate Change dalam pilar lingkungan “Sayangi Daratmu”.

Pemateri dalam workshop budidaya maggot dan Budikdamber adalah Ainur Rahman selaku pegiat lingkungan di Kabupaten Sumenep. “Kami sangat mengapresiasi usaha yang dilakukan oleh sekolah alam untuk mengenalkan Budidaya Maggot dan Budikdamber kepada siswa-siswi di Kabupaten Sumenep,” ucapnya.

Pria yang akrab disapa Bapak Inong itu menyampaikan, bahwa budidaya maggot merupakan solusi untuk mengurangi sampah organik. Sedangkan budikdamber adalah solusi budidaya ikan di lahan yang terbatas seperti kawasan perumahan yang padat.

“Ini penting disampaikan karena budidaya maggot merupakan solusi untuk mengatasi persoalan sampah. Harapannya, siswa-siswi setelah mengenal budidaya maggot dan budidamber ini, bisa menjadi kebiasaan positif sehingga mengurangi volume sampah organik yang berakhir di tempat sampah,” tuturnya.

Baca juga:  Dinyatakan Sembuh, Pasien Covid-19 Asal Blega Dipulangkan

Humas Sekolah Alam Sumenep Fadel Abi Aufa menyampaikan, workshop budidaya maggot dan budikdamber sangat penting untuk dikenalkan kepada Gen Z, agar lebih peduli terhadap pegelolaan sampah organik. Mengingat, sampah tersebut merupakan sumber masalah lingkungan dan setelah dikelola dengan benar akan menjadi sumber penghasilan.

“Setelah mendapatkan materi, siswa-siswi dibentuk kelompok dalam sesi Focus Grup Discussion (FGD). Harapannya, siswa-siswi juga bisa berperan aktif dalam mengolah informasi yang didapatkan oleh pemateri, sehingga apa yang disampaikan pemateri benar-benar bisa diserap dengan baik,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *