Gelar Workshop, PWI Pamekasan Dorong Publik Lawan Hoaks di Medsos

workshop tangkal hoaks pwi pamekasan
Workshop tangkal hoaks yang dilaksanakan MCC PWI Pamekasan. (Foto: Rafi/MID)

maduraindepth.com – Media Call Center (MCC) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Pamekasan menggelar workshop tangkal hoaks dengan tema “Pers Sehat untuk Pamekasan Bermartabat”. Workshop tersebut menghadirkan sejumlah pembicara.

Beberapa narasumber di antaranya, yakni Wakapolres Pamekasan Kompol Andy Purnomo, CEO CV Jawara Internasional Djaya Marsuto Alfianto, dan Dosen Universitas Madura Imadoeddin. Kemudian, Penjabat (Pj) Bupati Pamekasan ⁠Masrukin, ⁠CEO PT Oil Erlindo Contraction HM Rudiyanto, dan Wakil Ketua Sementara DPRD Pamekasan Hasyim Asyari.

Pj Bupati Pamekasan, Masrukin menyampaikan, berita bohong atau hoaks paling masif terkait kebijakan pemerintah dan dapat menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Pihaknya mengakui, cukup sulit untuk menangkal hoaks. Lantaran, penyebaran sangat cepat melalui Media Sosial (Medsos).

“Salah satu cara untuk menangkal hoaks dengan mengendalikan jempol kita. Jangan mudah menyebarkan berita yang tidak perlu dan tidak jelas sumbernya,” ucapnya, Jumat (30/8).

Sementara itu, Ketua PWI Pamekasan, Hairul Anam menyebutkan, pers berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Oleh karena itu, MCC PWI Pamekasan menggelar workshop untuk menangkal hoaks yang kerap menyebar saat ini.

“Fungsi-fungsi itu, mesti berjalan dengan baik. Sebab, sangat berpengaruh terhadap dinamika pembangunan di suatu daerah,” ujarnya.

Menurut Anam, pembangunan daerah tidak dapat dilepaskan dari rintangan. Salah satunya adalah hoaks. Pers dituntut getol melawannya. Jika tidak, maka kemajuan suatu daerah jauh panggang dari api.

Baca juga:  Ketua PWI Sumenep: Tantangan Terbesar Jurnalis Adalah Berita Hoaks

“Pers yang di dalamnya mencakup media cetak, media online, dan media elektronik hingga kini masih dipercaya sebagai sumber informasi yang nyaris steril dari hoaks. Undang-undang pers dan kode etik jurnalistik menjadi payungnya,” teranganya.

Hoaks diakui kerap bersumber dari media sosial dan harus dilawan oleh masyarakat maupun pers supaya tidak menjadi konsumsi publik yang menyesatkan. “Artinya, produk jurnalistik di media massa juga disebarluaskan melalui saluran medsos. Dengan begitu, informasi juga mengandung unsur jurnalistik yang berpijak pada etika profesi jurnalis,” imbuhnya.

Stakeholders yang meliputi akademisi, pengusaha, komunitas, pemerintah, dan media massa merupakan elemen penting dalam pentahelix yang dituntut bersatu dalam melawan hoaks. “Kendati begitu, perjuangan pers melawan hoaks dipastikan kurang maksimal tanpa keterlibatan banyak elemen,” pungkasnya. (Rafi/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *