Puisi Pertunjukan, Cara Komunitas Gubuk Kata-kata Peringati Maulid Nabi

Mahendra Cipta, penyair asal Sumenep, saat membacakan puisi 'Mata Corang' pada acara 'Puisi Pertunjukan', di Aladoy Cafe Sreseh, Selasa malam, 12 November 2019. (AIK/MI)

maduraindepth.com – Tak seperti tradisi masyarakat umum yang memperingati kelahiran Nabi SAW dengan ‘konjhangan’ atau ‘mulodhan’, mengundang puluhan bahkan ratusan orang sambil membacakan lantunan shalawat. Komunitas sastra Gubuk Kata-kata (GK) mengekspresikan kecintaaannya kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara berbeda, yakni Maulid Puisi 2019 bertajuk ‘Puisi Pertunjukan’, Selasa (12/11/2019).

Bertempat di Aladoy Cafe, Sreseh, Sampang, Madura, Jawa Timur, Komunitas Gubuk Kata-kata (GK) mengundang Mahendra Cipta, penyair sekaligus sutradara kelahiran Sumenep, Madura.

Maulid puisi tersebut dihadiri oleh beberapa komunitas sastra, antara lain, Komunitas Stingghil Sampang, Biruh Ompos Kedungdung, Arang Putih Kedungdung dan Asrama Teater Pondok Pesantren Raudatul Ulum Ar-Rahmaniyah (RUA) Pramian, Sreseh.

Selain itu, hadir pula sejumlah penyair kondang Sampang, diantaranya, Umar Fauzi Ballah, Rosi Praditya, aktor teater Samsul Pranata dan perupa asal Sreseh Mustafa Abdullah.

Sebelum sesi diskusi, acara diisi dengan pembacaan shalawat oleh Remaja Masjid (Remas) Riyadus Shalihin, Desa Taman, dan pembacaan puisi.

Tajullail Dasuqi dalam sambutannya mengatakan, Maulid Puisi yang dihelat oleh komunitasnya tersebut merupakan kegiatan rutin tahunan. “Acara ini digelar untuk menyambut kelahiran Nabi, sekaligus bulan kelahiran Gubuk Kata-kata,” ujar ketua komunitas GK tersebut.

Sebelum diskusi Puisi Pertunjukan, Mahendra Cipta membacakan puisi berjudul ‘Mata Corang’. Dalam pemaparannya, Mahendra menyampaikan beberapa poin penting penting yang perlu diperhatikan dalam puisi sebagai pertunjukan.

Baca juga:  Saut Situmorang: Kalau Isi Otak Dikontrol Maka Semakin Gampang Dijajah

Pertama kata dia, adalah ilustrasi puisi, dengan cara puisinya dibacakan baik individu, kelompok dan diiringi musik. Yang kedua, musik puisi, yakni menjadikan teks puisi sebagai lirik lagu. “Ketiga, puisinya disajikan secara musical performance,” jelas Mahendra.

Diskusi puisi pertunjukan diakhiri dengan pembacaan puisi dari beberapa peserta yang hadir pada acara tersebut. (MI1/AW)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto