PP Assirojiyyah Gelar Ngaji Moderasi dari Pesantren Bersama Islah Bahrawi

Moderasi Kembalikan Agama Sesuai Fungsinya

Ngaji Moderasi dari Pesantren Assirojiyyah Kajuk
Kabiro Litbang PP Assirojiyyah KH. Mohammad Itqon Bushiri (kiri) dan Direktur Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi (kanan). (FOTO: muhlis/MI)

maduraindepth.com – Pondok Pesantren (PP) Assirojiyyah, Kajuk, Sampang, menggelar kegiatan ‘Ngaji Moderasi dari Pesantren’ pada Jumat (23/9). Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi hadir sebagai pembicara tunggal dalam kegiatan tersebut.

Kepala Biro (Kabiro) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PP Assirojiyyah, KH. Mohammad Itqon Bushiri menyampaikan, tujuan digelarnya ‘Ngaji Moderasi dari Pesantren’ agar para santri mengerti perbedaan. Menurutnya, tidak semua santri yang bisa mengerti dan memahami perbedaan dari perspektif agama.

banner 728x90

“Di usia belajar seperti mereka harusnya ngerti. Sementara selama ini kan mereka belajar untuk menyalahi orang lain, saya sah, mereka tidak sah, teman saya suci, saya tidak suci. Ini baru dari (perspektif) fiqh, kemudian dari perbedaan mazhab,” papar Kiai Itqon, pada maduraindepth.com.

Kiai Itqon berharap, para santri dan para alumni bisa mengerti bahwa perbedaan itu indah. Sehingga bisa menghormati perbedaan, karena perbedaan hak semua orang.

“Semoga (kegiatan) ini bisa menjadi pembelajaran kepada kita bahwa kita menerima NKRI lengkap dengan dalil agama,” tuturnya.

Ngaji Moderasi dari Pesantren Assirojiyyah Kajuk
Ribuan santri PP Assirojiyyah mengikuti kegiatan Ngaji Moderasi dari Pesantren, Jumat (23/9) siang. (FOTO: muhlis/MI)

Di hadapan para santri, Islah Bahrawi menjelaskan, perbedaan merupakan sunnatullah yang tidak bisa dihindari. Menurutnya, Islam telah mengajarkan dengan adanya perbedaan kita seharusnya bisa saling mengenal (lita’arofu), bukan saling menyalahkan.

“Anak kembar, meski kembar identik, sidik jari mereka tidak sama,” ujar Islah saat menyampaikan materinya.

Baca juga:  Soal Paus Terdampar di Bangkalan, Kiai Itqon: Jangan Berfikir Jadi Pertanda Buruk

Islah mengajak para santri agar tidak gampang menerima pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan ajaran Islam. Terlebih pemahaman yang bersinggungan dengan radikalisme dan terorisme.

“Saya pertanggungjawabkan data ini, 100 persen teroris yang ditangkap oleh Densus 88 di Indonesia adalah penganut paham Salafi, Wahabi,” ucapnya. (MH/AW)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *