maduraindepth.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang melalui Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMPTSP-Naker) kembali membuka pelatihan kerja. Diharapkan pelatihan kerja ini berhasil dan bisa menekan angka pengangguran di Kota Bahari.
Plt. Kepala Bidang (Kabid) Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja DPMPTSP-Naker Sampang, Agus Sumarso mengatakan, pelatihan kerja yang dibuka pada tahun ini terdapat lima kelas angkatan. Anggaran yang digunakan bersumber dari APBN dengan jumlah sekitar Rp 300 juta.
Agus menjelaskan, untuk angkatan pertama terdapat lima angkatan atau kejuruan. Dimana satu kejuruan diisi 16 orang sehingga totalnya ada 80 orang yang ikut pelatihan kerja.
“Ada pelatihan menjahit, tata busana serta pembuatan makanan atau tata boga dan pelatihan desain grafis untuk usia angkatan kerja,” terangnya.
Eks PMI Tidak Ikut
Agus mengungkapkan, pada pelaksanaan pelatihan kerja 2022 belum ada satupun dari eks PMI asal Sampang yang masuk sebagai peserta. Ia menyebutkan alasannya karena jarak tempuh dari rumah mereke ke kota yang jauh.
“Kebanyakan PMI itu dari daerah utara Sampang,” ujarnya.
Di sisi lain, eks PMI yang resmi sebelum berangkat ke lokasi kerja sebenarnya sudah dibekali dengan pelatihan khusus melalui serikat kerja. Namun tidak menutup kemungkinan ada yang tidak mendapat pelatihan karena ilegal.
“Kemungkinan ada sebagain yang tidak dilatih karena saat kerja tidak melalui pemerintah alias illegal,” jelasnya.
Pihaknya mengakui hingga kini belum ada pelatihan kerja yang diprioritaskan untuk eks pekerja migran. Tapi pihaknya berjanji memberikan ruang bagi mereka dengan cara mengkoordinasikan dengan organisa perangkat daerah (OPD) terkait. Seperti Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan serta Disporabudpar Sampang.
“Pemerintah sudah coba memberikan pelatihan khusus eks PMI di desanya dengan menggunakan APBD,” katanya.
“Yang koordinir kami, tetapi untuk tenaga pelatihannya dari setiap OPD yang disebutkan, namun belum juga ada tindak lanjut,” sambungnya.
Pihaknya berharap, kedepannya peserta yang ikut pelatihan kerja diprioritaskan untuk PMI. “Kami tetap utamakan yang PMI, karena dari ribuan TKI yang datang itu tidak secara keseluruhan memiliki kemampuan khusus,” tandasnya.
Sementara Uswatun Hasanah (24), salah satu peserta pelatihan kerja menjahit, mengaku senang lantaran bisa masuk jadi peserta pelatihan itu.
“Ikut pelatihan karena ingin menambah kemampuan skill menjahit, karena sebelumnya sudah pernah menjahit di rumah,” katanya perempuan asal Kecamatan Jrengik itu.
Dengan mengikuti pelatihan tersebut, dirinya mengharapkan bisa memberikan nilai lebih seperti buka usaha dan peluang kerja yang lebih luas dari hasil pelatihan sendiri.
“Bisa buka usaha dan peluang untuk masyarakat agar sama-sama bekerja, terutama juga yang paling penting dari mantan PMI asal Sampang yang datang untuk ikut andil dalam pelatihan kerja supaya bisa buka usaha sendiri di rumah,” pungkasnya. (Alim/MH)