Soal Sampah Pulau Mandangin, Banser Kumpulkan 2 Ton Dalam Dua Hari

Sampah Pulau Mandangin
Anggota Banser saat memungut sampah di bibir pantai Pulau Mandangin, Sampang, Madura, Jawa Timur. (FOTO: Hendra for MI)

maduraindepth.com – Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Sampang bersama Gerakan Pemuda (GP) Ansor Desa Pulau Mandangin terus bergerak menjaga kebersihan lingkungan. Dalam dua hari terakhir, badan otonom (Banom) organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) itu berhasil mengumpulkan 2 ton sampah dari semua jenis.

Kepala Satuan Khusus (Kasatsus) Banser Tanggap Bencana (Bagana) Agus Hendra Purnomo mengaku prihatin saat menyikapi masalah sampah di Pulau Mandangin tersebut. Karena itu, pihaknya membersihkan sampah yang berserakan di sekitar bibir pantai.

banner auto

“Selama dua hari di Mandangin, 2 ton sampah kami angkut,” ujar pria yang akrab disapa Hendra tersebut, Jumat (8/1).

Menurutnya, sampah menjadi masalah kebersihan di Kabupaten Sampang. Khususnya di Desa Pulau Mandangin. Kondisi sampah itu menjadi atensi tersendiri bagi pihaknya.

“Kepedulian terhadap lingkungan hidup itu penting, apalagi urusan sampah menjadi persoalan di Kabupaten Sampang, salah satunya di Pulau Mandangin,” katanya.

Baca Juga :

Kata Hendra, kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa sampah tidak ada gunanya. Dia menepis anggapan tersebut dengan cara memanfaatkan sampah anorganik. Bersama anggota Banser, pihaknya bersedia membeli sampah-sampah anorganik tersebut dari masyarakat setempat dengan harga kiloan.

Langkah tersebut, selain untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan juga untuk menyadarkan masyarakat bahwa sampah juga bisa dijual belikan. “Kami langsung beli sampah itu, supaya masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan, karena sampah bisa dijual belikan,” tandasnya.

Baca juga:  Ini Tema Pelantikan GP Ansor, Fatayat dan IPNU-IPPNU Pulau Mandangin

Hendra menjelaskan, semua sampah anorganik bisa dijual. Pihaknya membeli dari masyarakat dengan harga Rp 1.500 per kilogram. “Namun ada beberapa sampah yang tidak saya ambil, seperti kayu, kaca, batu, ban, daun-daunan dan bekas pembalut bayi,” paparnya.

“Sudah ada gudang dan alat pengolahannya sebelum kami kirim ke pabrik, karena tujuan utamanya untuk pengurangan sampah,” sambungnya.

Menurutnya lagi, persoalan sampah tidak bisa ditangani secara maksimal oleh pemerintah. Karena itu, pemerintah harus menjalin kerjasama atau bermitra dengan masyarakat.

Dengan kondisi sampah tiap tahun semakin menumpuk, pihaknya berharap lembaga pemerintah yang menangani persoalan sampah bisa melihat dan mendengar aspirasi dari elemen masyarakat. “Kami siap bantu pemerintah setempat, soal sampah kita basmi bersama-sama,” tutupnya. (Alim/MH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto