Meski Cacar Monyet Belum Terdeteksi di Bangkalan, Dinkes Imbau Masyarakat Terapkan PHBS

Ilustrasi Cacar Monyet. (IST)

maduraindepth.com – Kasus cacar monyet mulai mewabah di sejumlah Negara. Bahkan, penyakit yang juga dikenal dengan sebutan monkeypox itu kini sudah masuk ke Indonesia. Menanggapi wabah itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangkalan mengimbau masyarakat untuk terus menerapkan prilaku Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Bangkalan, Rizkiyah Nuni Wahyuni memaparkan, sejauh ini kasus cacar monyet memang belum terdeteksi di Kota Dzikir dan Shalawat. Namun, PBHS perlu konsisten diterapkan masyarakat.

“PHBS, itu yang penting. Makanan harus sehat. Kalau imun kita baik dan sehat, menurut saya semua penyakit bisa terhindar,” ujarnya, Sabtu (3/9).

Diterangkan, masyarakat tidak perlu panik akan kemunculan wabah tersebut. Sebab, cacar monyet bukan kasus mendesak seperti Covid-19. Meski demikian, penyakit ini tidak boleh dianggap hal sepele. Nuni menyebut, masyarakat perlu waspada, karena virus itu menular ke manusia melalui kontak langsung.

“Kita cegah bersama, supaya penularannya tidak sampai terjadi,” jelas Nuni.

Dia memaparkan, gejala klinis cacar monyet diawali dengan meningkatnya suhu tubuh panas, muntah, hingga cacar bernanah dengan bentuk seperti cacar biasanya. Namun cacar monyet sembuhnya agak lama dibandingkan dengan cacar biasa.

“Namun sejauh ini di Kabupaten Bangkalan belum ada, semoga tidak ada,” pungkasnya.

Baca juga:  Dinkes Bangkalan Sudah Tahu Ada Desas-desus Nepotisme di Puskesmas Kwanyar

Perlu diketahui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia telah mengkonfirmasi adanya penularan cacar monyet di Indonesia, Sabtu (20/8/2022) lalu. Kasus cacar monyet untuk pertama kalinya terdeteksi di Inggris pada 6 Mei 2022.

WHO kemudian pada 23 Juli 2022 mengumumkan cacar monyet sebagai kedaruratan kesehatan global. Saat ini, ada 86 negara yang sudah melaporkan kasus monkeypox ini dengan jumlah total 39.708 dan kematian sekitar 400 orang. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner auto