maduraindepth.com – Program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap sudah masuk ke beberapa kepulauan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Termasuk Desa Paliat, Kecamatan Sapeken, Sumenep. Namun program itu mendapatkan respon kurang baik dari masyarakat setempat.
Surahno, salah satu tokoh masyarakat Desa Paliat menyampaikan, penerangan dari program PLTS atap untuk penerang itu belum memenuhi kebutuhan dasar listrik masyarakat. Sebab, saat ini listrik yang dihasilkan melalui alat tersebut hanya mampu untuk mengisi daya handphone saja.
Surahno menyebut pihaknya sudah mengadukan persoalan itu ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep. Tujuannya, agar pihak terkait dipanggil untuk ditindak lanjuti.
“Saya sudah sampaikan ke Komisi III terkait hal itu. Bahkan saya sudah menandatangani surat dari kepala desa agar pihak PLN sebagai lembaga yang bertanggungjawab menindaklanjuti persoalan tersebut,” ujarnya, Ahad (4/9).
Hal senada juga disampaikan Faiq, salah satu pemuda Desa Paliat. Menurut dia, sampai saat ini PLTS hanya hidup sekitar dua jam saja. “Harusnya petugas itu menyampaikan ke masyarakat kalau memang ada perubahan jam pemadaman listrik,” keluhnya.
Menanggapi persoalan itu, Operator PLTS Atap Desa Paliat, Fiki menjelaskan, pengurangan jam operasi penyaluran ke rumah warga disebabkan daya listrik yang dihasilkan dari sinar matahari yang tersimpan di batrei/aki tidak memadai. Sehingga terpaksa dimatikan lebih cepat.
“Bahkan kalau lambat dimatikan lewat dari pukul 20.00, mati sendiri. Karena dayanya sudah kosong,” jelasnya.
Dia mengaku sudah mengusulkan agar ada penambahan alat berupa batrei aki kepada PLN. Sehingga bisa menampung lebih banyak daya listrik. Namun belum diketahui, kapan usulan tersebut akan dipenuhi.
Dikonfirmasi mengenai rencana penambahan KWH, dia mengatakan hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan proses pemasangan. “Tapi tidak bisa disimpulkan juga bahwa penyebab cepat habisnya daya listrik tersebut karena ada penambahan KWH,” tutupnya. (*)