maduraindepth.com – Momentum lebaran menjadi potret primordial dan agung bagi segenap masyarakat kolektif khususnya warga Madura.
Bagi warga Madura, lebaran bukan hanya terfokus pada diktum Lebaran Idul Fitri dan Lebaran Idul Adha saja sebagaimana hal tersebut dikenal dalam doktrin ajaran Islam.
Tetapi bertambah satu lagi yakni lebaran ketupat. Terminologi yang ketiga ini merupakan hasil perkawinan silang (konvergensi sintetis) antara dogma agama dengan tradisi budaya.
Lebaran ketupat dilaksanakan pada H+7 lebaran Idul Fitri atau setelah enam hari melakukan puasa bulan Syawal yakni tanggal 8 Syawal.
Meski selalu dikonotasikan dengan lebaran, sejatinya ketupat bukan merupakan suatu simbol yang identik dengan Islam dan lebaran, sebab ia sudah ada sebelum Islam dan tersebar di berbagai belahan Asia Tenggara dengan nama yang berbeda.
Bahkan ketupat juga menjadi simbol dari tradisi animisme. Sebagaimana hal tersebut diungkap oleh Sejarawan Universitas Padjadjaran Bandung, Fadly Rahman yang dilansir oleh tribunnews.com.
Dulu masyarakat agraria yang tersebar di Nusantara memiliki tradisi menggantung ketupat ditanduk kerbau untuk mewujudkan rasa syukur karena panen yang dihasilkan. Tapi sampai sekarang juga masih ada tradisi dari masyarakat Indonesia yang melakukan tradisi yang sama dengan menggantungkan ketupat.
Bedanya, mereka menggantungkan ketupat yang masih kosong di depan pintu rumah untuk menolak bala atau pengaruh negatif yang masuk.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Misriyah salah seorang warga Sokobanah Sampang yang masih mempercayai. “Topak tolak balak” (ketupat menangkal musibah),” katanya saat ditemui di kediamannya, Senin (10/6).
Lebih lanjut, perempuan lansia ini juga menjelaskan perbedaan jenis ketupat; bahwa jenis ketupat khas Madura berbentuk persegi empat dengan bahan dasar sama yakni beras yang dimasukkan dalam anyaman daun pohon kelapa atau janur.
Ketupat jenis ini kemudian dikenal dengan sebutan ketupat jenis bawang dengan filosofi penyedap sebagaimana bumbu bawang pada umumnya.
“Topak bepheng riah (jenis) topak’en reng Madureh nak,(Ketupat bawang ini jenis ketupat khas Madura),” tuturnya.
Setelah masak ketupat ini kemudian dibagikan kepada sanak famili dan tetangga. Dalam aspek sosial, ketupat bawang ini dianggap sebagai simbol pemersatu yang bisa menciptakan harmoni sosial.
“Gelenah enyamaeh bepheng makle seddhe’ satatanghe’en, (Diberi nama ketupat bawang agar tentram sesama tetangga),” jelasnya. (AR/NR)