maduraindepth.com – Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Madura, Syaiful Bahri mengaku diintimidasi oleh oknum kampus lantaran menggelar demonstrasi menuntut penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di tengah situasi himpitan ekonomi yang dirasakan mahasiswa akibat pandemi Covid-19.
Aksi yang diwarnai dengan perusakan fasilitas kampus dilakukan oleh DEMA dengan sejumlah organisasi mahasiswa saat melakukan demontrasi ketiga kalinya atau Jilid 3, Jum’at (30/7) kemarin. Mereka menuntut agar uang kuliah tunggal (UKT) diturunkan.
“Kami merasa tidak diberi kebebasan untuk menyuarakan pendapat. Kami merasa diintimidasi dan diancam bahkan sampai ke orang tua kami,” kata Syaiful, Sabtu (31/7).
Ia mengatakan, pasca aksi jilid 1 dirinya dan Ilham (Sekeretaris DEMA) dipanggil oleh pihak kampus. Namun, mereka sengaja tidak memenuhi panggilan lantaran dinilai akan menghentikan tindakan demonstrasi Jilid 2 terkait penurunan UKT.
“Kami tidak merasa bersalah, malah dikirimkan surat pemanggilan kepada orang tua, dan saya dengan sekretaris dinyatakan terlapor. Orang tua kita menjadi cemas, mereka merasa trauma apalagi keadaan Ilham (Sekertaris DEMA) dalam keadaan sakit. Atas landasan apa memangil orang tua kita,” ucap Syaiful.
Saat ini, kata Syaiful, para demonstran banyak menerima ancaman, diantaranya berisi pesan bahwa pihaknya dicari, akan dipidanakan dan banyak pesan lainya yang beredar di media sosial.
Sementara itu, Rektor IAIN Madura Mohammad Kosim menyesali perbuatan demonstran karena telah merusak fasilitas kampus. Apalagi kebijakan penurunan UKT sebelumnya dinilai sudah cukup tinggi dibandingkan kampus lain di Indonesia, yakni sudah mencapai 20 persen sampai 25 persen. Tetapi mahasiswa masih kembali menuntut minta penurunan.
“Sangat kecewa karena diwarnai dengan tindakan anarkis,” kata Kosim, Sabtu (31/7).
Pihaknya menilai tindakan demonstrasi jilid 3 terkait penurun UKT merusak citra baik kampus IAIN Madura karena telah tersebar luas. (RUK/AW)