BEP Tembakau Murah, Pemkab Pamekasan Dinilai Tak Hargai Kerja Keras Petani

BEP tembakau pamekasan
Rapat analisa usaha tani tembakau di kantor DKPP. (Foto : Rafi/MID)

maduraindepth.com – Abdul Wahed, petani di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, memanfaatkan 8 hektare lahan dengan menanam sebanyak 150.000 tanaman tembakau. Hasil produksi atau panen tembakau diprediksi mencapai 9,6 ton.

Para petani tembakau di Pamekasan, mendesak pemerintah untuk menentukan harga yang layak dan tidak merugikan kerja keras petani. Sehingga petani mendapatkan nilai jual yang membantu untuk peningkatan ekonomi masyarakat.

banner 728x90

Perlu diketahui, Break Event Point (BEP) atau harga tembakau yang ditentukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan mengikuti pada beberapa jenis lahan tanam tembakau. Meliputi, produksi tembakau jenis sawah Rp 39.793, tegal Rp 44.514, dan gunung Rp 53.897.

“Kalau penentuan harga sesuai dengan jenis lahan, tanah sawah, tegal dan gunung, kami tidak terima dengan pemetaan BEP sekarang. Bahkan, seakan-akan petani yang menanam pada lahan sawah tidak dihargai,” kesah Wahed, Kamis (20/7).

Sebagai petani tembakau di Pamekasan, Wahed meminta agar pemerintah memiliki daya tawar terhadap pabrikan dengan harga yang layak bagi petani dan tembakau jenis sawah harus mendapatkan harga Rp 55 ribu. “Bagaimanapun juga, tembakau Madura sangat dibutuhkan pabrik rokok atau perusahaan. Karena bahan baku rokok berasal dari Madura,” katanya.

Sekretaris Paguyuban Pelopor Petani dan Pedagang Tembakau Madura (P4TM), Abd Aziz mengakui, bahwa harga tembakau yang ditentukan Pemkab Pamekasan semakin rendah dibandingkan penghasil tembakau daerah luar Madura. “Harga tembak Bondowoso terendah Rp 55 ribu, Lombok Rp 60 ribu ke atas. Sementara, daerah Pamekasan berkisar Rp 60 tahun 2022 lalu,” ungkapnya.

Baca juga:  Dermaga Pelabuhan Kalianget-Talango Diperpanjang, Upaya Permudah Kunjungan Wisata

Menurut dia, tembakau Madura yang memiliki khas, punya rasa tersendiri, dan aroma berbeda, harus menjadi tolak ukur dibandingkan dengan tembakau lain. Petani tidak meminta dibeli dengan harga begitu mahal. Namun, membeli dengan nilai harga yang memberikan keuntungan terhadap petani.

Minta Pemerintah Naikkan BEP Tembakau Madura

Aziz meminta pemerintah menjadi mediator. Lantaran, BEP yang ditentukan dianggap harga terendah oleh petani. Padahal bukan biaya pengolahan, biaya tanam, dan biaya produksi. “Ketika diundang ke pendopo, muncul BEP. Kami memberikan masukan terbaik demi petani. Walau ada pertemuan tidak ada artinya, karena permintaan kami tidak didengarkan dan tidak digubris,” lanjutnya.

Solusi terbaiknya, kata Aziz, BEP dibicarakan bersama demi mewujudkan rasa keadilan terhadap petani dan pengusaha. “Tembakau gunung harus Rp 70 ribu, tegal Rp 60 dan sawah Rp 50 ribu. Jadi, hasil kerja keras petani harus ada harga yang lebih untuk mengangkat derajat petani,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi II, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pamekasan, Ismail menyampaikan, penentuan BEP tidak melibatkan assosiasi maupun organisasi P4TM yang terus mengawal demi kepentingan kesejahteraan petani tembakau. Hal yang tidak masuk akal harus diubah, yakni saat harga pupuk tidak dapat subsidi dan mahal. Tetapi disebut biaya petani lebih murah.

Baca juga:  Khawatir Diselewengkan, DAK Rp 21,4 Miliar di Sampang Minta Diawasi

Politisi Partai Demokrat itu, mengaku pernah datang ke pabrikan untuk mengetahui penyesuaian harga terhadap tiga jenis lahan petani tambakau dan memanggil Dinas Perindustrian dan Perdaganagan (Disperindag) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), dan Bagian Perekonomian Pemerintah Daerah Pamekasan

“Ternyata tidak ada pemetaan harga pada jenis tembakau sawah, tegal, dan gunung. Kami ingin menyatukan persepsi supaya petani tembakau tidak dirugikan. Sebab, cuaca bagus dan mendukung di Madura,” imbuhnya.

Penentuan BEP atau tembakau pada Biaya Pokok Produksi (BPP), kata dia, diklaim Kepala DKPP Pamekasan, Ajib Abdullah, dengan mengikuti hasil uji coba jarak antar tanaman atau pohon yang semakin pendek serta penyempitan jarak tanaman. Bahwa satu hektare lahan semula berisi 25 ribu batang menjadi 35 ribu batang, dan berdampak pada peningkatan produksi dari 600 menjadi 750 kilogram untuk tembakau gunung.

“Produksi meningkat, maka biaya yang dikeluarkan petani tambakau akan terbilang lebih sedikit. Rumus BPP tembakau biaya produksi dibagi hasil produksi,” pungkasnya. (Rafi/*)

Dapatkan Informasi Menarik Lainnya DI SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *