maduraindepth.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, melepas petugas gabungan dalam upaya antisipasi penanganan bencana Hidrometeorologi pada musim penghujan tahun 2023-2024.
Petugas gabungan yang terlibat upaya mengantisipasi bencana terdiri dari anggota TNI, Polri, Dinas Perhubungan (Dishub), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan.
Berdasarkan kajian sejarah dan risiko bencana, Kabupaten Pamekasan disebut memiliki potensi terhadap beberapa bencana alam. “Seperti banjir, tanah longsor, cuaca ekstrim, angin puting beliung, Kekeringan melanda 72 Desa di sembilan Kecamatan, kebakaran hutan dan lahan, gelombang pasang dan abrasi,” Penjabat (Pj) Bupati Pamekasan, Masrukin, Jumat (22/12).
Kejadian bencana alam di Kabupaten Pamekasan sejak Januari sampai 31 Desember 2022 mencapai 690 kejadian. Meliputi, 26 kejadian banjir, 82 tanah longsor, 233 cuaca ekstrim, 3 kali gempa bumi, Karhutla 18, kekeringan 321, serta 7 kejadian gelombang ekstrim dan abrasi.
Pihaknya menyampaikan, kejadian bencana alam akibat sebagian dari ulah masyarakat tanpa kesadaran peduli lingkungan dengan mengeksploitasi lingkungan untuk pertumbuhan ekonomi maupun alasan lain.
“Terdapat banyak tantangan dalam menyelenggarakan pencegahan bencana yang tidak terlepas dari kompleksitas faktor dengan mempengaruhi risiko bencana sehingga perlu melibatkan petugas gabungan dan sumber daya yang ada,” lanjutnya.
Guna memastikan kesiapan petugas dalam mengantisipasi kejadian bencana di Kabupaten Pamekasan, Masrukin menekankan agar memastikan seluruh unsur Sumber Daya Manusia (SDM) dengan memahami tugas dan peran, sarana dan prasarana dapat harus berfungsi dengan baik.
“Fasilitas evakuasi dan dapur umum supaya disiapkan dengan serius sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat,” tegasnya.
Memasuki musim penghujan, pihaknya meminta dukungan dari seluruh elemen masyarakat maupun relawan agar secara masif mengedukasi masyarakat dalam upaya mengantisipasi kejadian bencana alam.
“Dukungan untuk edukasi sangat kami butuhkan sehingga mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk selalu siaga menghadapi bencana alam,” pungkasnya.(Rafi/*)