Prioritaskan Kelestarian Lingkungan, SKK Migas-HCML Intensifkan Penanaman Pohon

Pelestarian lingkungan skk migas hcml
Proses penanaman bibit mangrove oleh KKKS HCML bersama Pokmaswas Reng Paseser di Pantai e Kasoghi, Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Sumenep, Kamis (1/12/2022). (Foto: Dok MID)

maduraindepth.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) konsisten mengedepankan kelestarian lingkungan dalam melaksanakan aktivitas industri hulu migas. Sehingga, kegiatan tersebut dipastikan tidak merusak lingkungan sekitar wilayah operasi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, melalui Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro mengungkapkan, tiap kegiatan hulu migas sudah diatur oleh pemerintah. Bahkan, tidak terkecuali untuk langkah yang harus dilakukan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sebagai kompensasi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

“Misalnya, kewajiban melakukan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) oleh KKKS tiap tahun,” ungkapnya, Rabu (7/8).

Menurutnya, upaya menjaga lingkungan secara berkelanjutan merupakan salah satu target SKK Migas dan KKKS yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Indonesia Oil dan Gas (IOG) 4.0. Sebagaimana tertuang di dalamnya, terdapat tiga tujuan dari industri hulu migas.

Meliputi, peningkatan produksi minyak dan gas. Kemudian, meningkatkan multiplier effect. Sedangkan yang ketiga, adalah menjaga lingkungan berkelanjutan. Dengan begitu, maka SKK Migas-KKKS memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian lingkan dalam melaksanakan aktivitas hulu migas.

Terlepas dari regulasi yang memang diatur secara langsung oleh pemerintah, SKK Migas-KKKS juga berinisiatif menjaga lingkungan melalui langkah lain. Seperti menggencarkan program Low Carbon Initiative (LCI).

“Jadi, di dalanmnya ada upaya melalukan zero flaring, efisiensi energi hingga program penanaman pohon,” tuturnya.

(Grafis I)

Targetkan IR Hulu Migas di Bawah Angka Global

Hudi menyadari, bahwa kativitas hulu migas memiliki resiko tinggi. Maka dari itu, jika tidak dikelola dengan baik, berpotensi terjadi accident alias kecelakaan. Sehingga, bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat parah.

Baca juga:  SMKN 1 Sampang Gelar Pameran Bhinneka Tunggal Ika

“Oleh karena itu, SKK Migas dan KKKS menjaga betul agar tidak ada kejadian (kerusakan lingkungan, Red),” ucapnya.

Menurut Hudi, standar yang digunakan dalam industri hulu migas adalah incident rate (IR). Semakin kecil angkat IR pada aktivitas hulu migas, maka semakin sempurna resiko accident yang terjadi.

Sehubungan dengan itu, berdasar data yang ditetapkan pemerintah, rata-rata IR dalam aktivitas hulu migas di Indonesia hanya sebesar 0,5. Sedangkan, capaian IR industri hulu migas secara global untuk saat ini, yaitu rata-rata 0,84.

“Pemerintah meminta industri hulu migas nasional, agar IR bisa lebih rendah dari capaian rata-rata hulu migas global,” katanya.

Sementara itu, pada tahun 2023, IR hulu migas di Indonesia adalah 0,22. Selanjutnya, terhitung sampai semester 1 tahun 2024, angka IR hulu migas Indonesia turun menjadi 0,13. Jika dibandingkan dengan angka IR industri hulu migas secara global, maka capaian safety Indonesia sudah memenuhi target yang ditetapkan pemerintah.

(Grafis II)

Hudi menuturkan, salah satu kasus kerusakan lingkungan yang diakibatkan kecelakaan aktivitas industri hulu migas, dapat dilihat pada insiden bocornya pipa BP di Teluk Meksiko. Bahkan, peristiwa besar tersebut telah didokumentasikan mejadi sebuah film berjudul Deep Water.

Disebutkan, bahwa kerugian langsung yang diakibatkan kecelakaan aktivitas hulu migas di Teluk Meksiko mencapai sebesar USD 40 miliar. Jumlah kerugian tersebut, setara dengan Rp 640 triliun.

“Sedangkan, ganti rugi masyarakat mencapai sekitar US$ 20 miliar atau setara Rp 320 trilliun,” sebut Hudi.

Untuk menghindari peristiwa serupa, maka SKK Migas terus menekankan kepada KKKS agar beroperasi sesuai prosedur dengan maksimal. Sehingga, manfaat dari aktivitas hulu migas bisa benar-benar dirasakan oleh negara dan masyarakat.

Baca juga:  Bupati Pamekasan Minta APIP Intensifkan Pengawasan

Optimalkan Penanaman Pohon untuk Menyerap Emisi Karbon

Sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan, SKK Migas-KKKS juga melakukan penanaman pohon yang dapat menyerap emisi karbon. Salah satunya, yakni penanaman mangrove, tanaman buah, hingga tanaman keras.

Pohon yang ditanam SKK Migas-KKKS, disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta tujuan penanaman. Seperti, kondisi lingkungan yang kaya sinar matahari, tanah berpasir dan memiliki salinitas tinggi, maka dilakukan penanaman Pohon Cemara Laut.

“Sedangkan, dalam tujuan konservasi burung migrasi dan menjaga garis pantai, maka dilakukan penanaman Pohon Bakau,” jelasnya.

Berkaitan dengan itu, saat ini SKK Migas-KKKS mulai menggarap kebun buah di lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN). Hal itu, sebagai salah satu bentuk dukungan industri hulu migas terhadap pengembangan IKN. Supaya, dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.

(Grafis III)

Mengenai target penanaman pohon di Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) mencapai sebanyak 170 ribu pohon yang terdiri atas berbagai jenis. Kata dia, program penanaman pohon tersebut sebagai bentuk komitmen SKK Migas. Yaitu dalam mendukung kelestarian lingkungan yang berkelanjutan dan mewujudkan target nett zero emission tahun 2060.

“Kami selalu melibatkan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan. Supaya, ada kesadaran bersama untuk saling menjaga dan merawat kelestarian lingkungan,” katanya.

Manager Regional Office dan Relations HCML Hamim Tohari menyampaikan keterangan seirama dengan pernyataan HCML. Menurutnya, program penanaman pohon konsisten dilaksanakan tiap tahun.

“Ini untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Selain itu, juga sebagai kampanye penyadaran terhadap masyarakat,” ucapnya.

Disampaikan, bahwa semua aktivitas industri dipastikan memiliki potensi dampak terhadap lingkungan. Tidak terkecuali, untuk aktivitas industri hulu migas. Maka dari itu, kegiatan yang dilakukan memerlukan kontrol dan pengawasan dari berbagai pihak.

Baca juga:  Mayat Ditemukan Terkubur di Atas Bukit, Polisi Ungkap Identitas Korban Dugaan Pembunuhan di Sampang

“Selama ini, jenis pohon yang banyak ditanam adalah mangrove. Itu untuk mencegah abrasi garis pantai,” tuturnya.

Pada sisi yang lain, lanjut Hamim, mangrove dapat menyerap karbon cukup tinggi. Sehingga, penanaman pohon tersebut dianggap sangat bermanfaat. Sedangkan, jenis pohon lainnya yang juga sering ditanam melalui program HCML, adalah pohon buah-buahan.

“Jenis pohon buah-buahan, biasanya ditanam di areal lahan pesantren. Sehingga, buahnya dapat dimanfaatkan oleh warga pesantren dan sebagai penghijauan lahan tidur,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Reng Paseser Kecamatan Saronggi, Sumenep Fadel Abu Aufa turut memberikan komentar. Yakni mengenai pentingnya penanaman pohon sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan.

“Program penanaman pohon memang penting untuk terus dimaksimalkan,” ujarnya.

Dia menjelaskan, bahwa dalam upaya menjaga lingkungan, sebenarnya tidak cukup hanya sekadar dilakukan penanaman pohon. Pasca itu, harus ada langkah perawatan lebih lanjut. Supaya, bibit yang sudah ditanam dapat dipastikan tumbuh subur dan bermanfaat untuk lingkungan alam sekitar.

“Sejauh ini, biasanya sekadar melakukan penanaman saja. Sedangkan, langkah lebih lanjut terkait perawatannya masih minim. Sehingga, banyak bibit yang mati karena tidak terawat,” jelasnya.

Sejauh ini, Pokmaswas Reng Paseser memang gencar melakukan kegiatan penanaman pohon. Terutama, untuk jenis pohon mangrove yang ditanam di berbagai pesisir pantai yang ada di Kota Keris.

“Pokmaswas Reng Paseser, juga pernah melakukan penanaman pohon mangrove bersama HCML di Pantai Tanjung, Saronggi. Penanaman tersebut dilakukan pada Tahun 2022 dan 2023,” pungkasnya. (bus/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *