Asta Tinggi Sumenep Menjadi Wisata Religi yang Ramai Dikunjungi – Bagian 1

Asta tinggi sumenep
Pemakaman Asta Tinggi, Sumenep. (Foto: IST)

maduraindepth.com – Kabupaten Sumenep tidak hanya memiliki destinasi wisata alam yang memukau. Tetapi, di Kota Keris ini, juga terdapat sejumlah destinasi wisata religi. Salah satunya, adalah Asta Tinggi Sumenep.

Asta Tinggi, merupakan kompleks pemakaman para raja serta keluarga kerajaan Keraton Sumenep. Destinasi wisata religi yang satu ini, tidak pernah sepi dari pengunjung untuk berziarah. Terutama, saat momen libur lebaran seperti saat ini.

banner 728x90

Bahkan, peziarah yang datang, bukan sekadar dari dalam daerah. Tetapi, sebagian banyak di antaranya, merupakan wisatawan dari luar kabupaten. Termasuk juga, banyak yang berasal dari luar Madura.

Pembangunan Kompleks Pemakaman Asta Tinggi

Asta Tinggi, berlokasi di dataran tinggi alias perbukitan Desa Kebonagung, Kecamatan Kota, Sumenep. Posisinya, berjarak sekitar 2,14 kilometer dari Masjid Jamik Sumenep atau alun-alun di jantung kota.

Kompleks pemakaman para raja dan keluarga Keraton Sumenep ini, pertama kali dibangun pada tahun 1750. Inisiatif pembangunan Asta Tinggi, digagas pada masa kejayaan Pangeran Rama alias Pangeran Cokronegoro II.

Sebelum pembangunan Asta Tinggi dilakukan, lokasi pemakaman Raja-Raja Sumenep terpencar di berbagai tempat. Seperti, makam Joko Tole terletak di Dusun Sa’asa, Desa Lanjuk, Kecamatan Manding, Sumenep. Kemudian, Pangeran Joharsari dimakamkan di Desa Tanah Merah, Kecamatan Saronggi, Sumenep.

Selanjutnya, Pangeran Siding Puri dimakamkan di Desa Bangkal, Kecamatan Kota, Sumenep. Berikutnya, pemakaman Raden Kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan berada di Asta Karang Sabu, Kelurahan Karang Duak, Kecamatan Kota, Sumenep.

Baca juga:  Pilkades Usai, Moh Taufiqurrahman: Tidak Boleh Ada Kubu-kubuan Lagi

Pembangunan Asta Tinggi, pada mulanya dimulai dari kompleks pemakaman di sisi bagian barat. Bangunan kompleks pemakaman keluarga petinggi keraton itu, tidak hanya tampak megah. Tetapi, corak arsitekturnya, juga terlihat sangat indah.

Melihat penampakan bangunan, Asta Tinggi bercorak arsitektur Hindu Jawa. Hal itu, dapat dilihat dari corak arsitektur gerbang pintu masuk kompleks pemakaman sisi barat.

Berdasar Sumber yang dihimpun maduraindepth.com, corak arsitektur bangunan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi kejayaan keraton pada masa kepemimpinan Pangeran Rama. Diketahui, Pangeran Rama memimpin Kerajaan Sumenep di bawah Pemerintahan Mataram.

Sementara itu, di sekeliling kompleks pemakaman terdapat bangunan pagar berupa tembok yang sangat kokoh dan tinggi. Konon, tembok itu dibangun tidak menggunakan semen atau batu gamping sebagai perekat.

Tetapi, sekadar disusun dengan rapi secara manual. Uniknya, meskipun tidak menggunakan perekat, tembok yang mengelilingi kompleks pemakaman Asta Tinggi masih tampak sangat kokoh sampai sekarang.

Pembangunan kompleks pemakaman Asta Tinggi, masih dilanjutkan pada masa kepemimpinan Raja Sumenep berikutnya. Yaitu Penembahan Sumolo alias Pengeran Notokusumo I alias nama aslinya Asiruddin.

Berbeda dari corak arsitektur pembangunan sebelumnya, untuk kompleks pemakaman Asta Tinggi di sisi timur, mengandung seni ciri khas Cina, Eropa, Arab dan Jawa. Corak arsitektur tersebut, bisa dilihat dari penampakan bangunan pintu gerbang pemakaman dan kubah pemakaman.

Baca juga:  Sebelum Mendaftar ke KPU, Slamet Junaidi Ziarah ke Makam Istri dan Orang Tua

Sementara itu, Panembahan Sumolo atau Pangeran Notokusumo I, pada akhir hayatnya juga dimakamkan di dalam bangunan berkubah tersebut.

Tidak selesai sampai di situ, pembangunan kompleks pemakaman Asta Tinggi masih dilanjutkan kembali oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat. Dia adalah putra dari Panembahan Sumolo atau Notokusumo I dengan Raden Ajeng Maimunah dari Semarang.

Pembangunan Asta Tinggi yang dilakukan Pangeran Notokusumo II, sempat dicanangkan sebagai tahap akhir. Namun, ternyata hal tersebut masih dilanjutkan oleh Pangeran Moh Shaleh alias Pangeran Letnan Kolonel Kusuma Sinerangingrana atau biasa disebut Pangeran Le’nan.

Sedangkan, nama asli Pangeran Letnan atau Le’nan yang diberikan oleh keluarga keraton, adalah Raden Bagus Mohammad Hamzah atau Pangeran Aria Suryasinerrangengrana. Pembangunan Asta Tinggi yang dilakukan olehnya, menjadi pembangunan terakhir yang terawat kokoh hingga sekarang. (bus)

Sumber : id.wikipedia.org; jatim.nu.or.id; sumenepkab.go.id; duniasantri.co; dan matamaduranews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *