maduraindepth.com – Pemuda Desa Kebunan, Kecamatan/Kabupaten Sumenep menggelar acara Cator Perkusi Arabet Tradisi, Rabu (25/12). Kegiatan yang berlangsung di Lapangan Desa Kebunan itu, bertajuk Mabecce’ Tengka, Lebet Karya.
Ketua Umum Pemuda Desa Kebunan Dhia Fitria mengungkapkan, kegiatan tersebut sebagai bentuk refleksi musik perkusi akhir tahun. Selain itu, juga dijadikan media silaturahmi bagi para pegiat seni musik sekaligus implementasi pemuda dalam berkarya.
Kegiatan Cator Perkusi Arabet Tradisi ini, menghadirkan berbagai sektor pelaku seni. Mulai dari kelompok musik daul, Paguyuban Musik Tongtong Sumenep, komunitas dan sanggar kesenian, hingga organisasi kepemudaan dan organisasi mahasiswa.
“Kami mengundang Koordinator Departemen Musik dan Tradisi Dewan Kesenian Sumenep, Ayos Arif, sebagai pemateri,” ungkapnya.
Melalui cator perkusi, kata Dhia, Pemuda Desa Kebunan menggagas sebuah terobosan. Yaitu membentuk grup musik tongtong di bawah naungan Departemen Seni Budaya dan Olahraga pemuda desa setempat.
“Kami juga melakukan pengadaan alat musik daul,” katanya.
Sehubungan dengan itu, Pemuda Desa Kebunan menganggap perlu untuk dilaksanakan forum silaturahmi bagi para pelaku musik perkusi. Supaya, grup musik tongtong yang baru didirikan dapat dikenalkan sekaligus meminta saran dan dukungan dari pelaku seni musik tongtong yang lain.
“Alhamdulillah, semua yg datang menyambut baik grup musik tongtong baru kita. Saat ini namanya masih belum kami rilis, karena sambil menunggu semua proses pengadaan alat musik ini rampung,” ujar Dhia.
Uniknya, acara cator perkusi itu ditutup dengan penampilan bertajuk Ngariong Abereng. Sejumlah perwakilan grup musik tongtong, berkolaborasi membuat komposisi musik persembahan untuk menutup acara.
“Kami berterima kasih sebesar besarnya kepada semua yang hadir. Karena ini membawa semangat baru bagi kami,” tandasnya.
Sementara itu, Koordinator Departemen Musik dan Tradisi Dewan Kesenian Sumenep, Ayos Arif memberikan apresiasi. Kata dia, acara cator perkusi dianggapnya sebagai kilas balik refleksi perkusi sebagai warisan masa lalu.
Dia berharap, musik perkusi di Madura, khususnya Sumenep, bisa terus mengalami perkembangan yang lebih baik. Maka dari itu, kesadaran bersama untuk terus belajar harus terus dirawat.
“Ini adalah kesempatan untuk sharing dan berbagi pengalaman,” ujarnya.
Pada acara cator perkusi itu, bukan sekadar bediskusi. Tetapi, juga belajar bersama terkait insamble atau orkestrasi musik perkusi, hingga show up media alat musik dari beberapa grup musik tongtong yang hadir.
“Kita juga melakukan tadarus pola dasar perkusi. Mulai dari belajar eksplorasi dan kontrol atau dinamika perkusi, hingga diskusi diakhiri dengan bermain alat musik bersama yang mengolaborasikan beberapa perwakilan dari grup musik tongtong,” pungkasnya. (bus/*)