Ritual Jamasan Pusaka Keraton Sumenep Kembali Digelar di Desa Wisata Keris Aeng Tong-tong

Jamasan pusaka keris keraton sumenep di aeng tong-tong
Empu Aeng Tongtong sedang melangsungkan ritual jamasan pusaka Keraton Sumenep di Asta Bujuk Agung, Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi, Sumenep, Senin (15/7). (Foto: Arif/MID)

maduraindepth.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep bersama para empu keris Desa Aeng Tong-tong menggelar ritual jamasan pusaka. Tradisi yang rutin digelar tiap tahun tersebut, berlangsung di Asta Bujuk Agung, Dusun Duko, Desa Aeng Tontong, Kecamatan Saronggi, Sumenep, Senin (15/7).

Sejumlah pusaka dibawa ke lokasi jamasan tersebut untuk dilakukan prosesi ritual. Mulai dari pusaka peninggalan Raja-Raja di Keraton Sumenep, pusaka peninggalan leluhur di Desa Aeng Tongtong, hingga pusaka milik warga.

banner 728x90

Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo menghadiri pelaksanaan ritual jamasan pusaka di Desa Wisata Keris Aeng Tong-tong tersebut. Kehadirannya, didampingi oleh sejumlah jajaran forum koordinasi pimpinan daerah. Petinggi pemerintah kabupaten, turut membawa pusaka miliknya masing-masing untuk dijamas.

“Jamasan ini, memang rutin dilaksanakan tiap tahun. Ini adalah cara untuk merawat pusaka,” ungkapnya usai mengikuti prosesi jamasan pusaka.

Menurut Bupati Fauzi, pelaksanaan jamasan yang digelar tahun ini, berbeda dari sebelumnya. Sebab, usai prosesi ritual dilaksanakan, pengunjung yang hadir disajikan Tajin Sora.

“Yang istimewa dari jamasan tahun ini, yaitu ada sajian Tajin Sora. Ini juga menjadi warisan tradisi yang ada di Sumenep setiap Bulan Suro,” katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pelar Agung, Desa Aeng Tongtong Empu Sanamo menyampaikan, ritual jamasan pusaka dilakukan tiap Bulan Suro. Alasan penetapkan waktu jamasan di Bulan Suro, karena merupakan bulan yang pertama.

Baca juga:  Tradisi Jamasan Pusaka Keraton, Wabup Sumenep: Jangan Korbankan Budaya di Era Modernisasi

“Bahkan, Bulan Suro juga dipercaya sebagai waktu pembuatan pusaka pertama kali,” jelasnya.

Mengenai ritual jamasan keris, lanjut Empu Sanamo, adalah cara untuk merawat pusaka agar tetap bagus dan tidak rusak. Melalui jamasan tersebut, maka pusaka dibersihkan dan diwarangi.

Pada sisi yang lain, ritual jamasan tersebut bukan sekadar membersihkan keris secara fisik. Tetapi, juga membersihkan pusaka dari aura negatif setelah satu tahun dipakai oleh pemiliknya.

“Pusaka yang dipakai oleh pemiliknya selama satu tahun, kan diyakini menyerap aura negatif. Sehingga, harus dijamas untuk membersihkan aura negatif tersebut,” pungkasnya.

Untuk diketahui, pusaka Keraton Sumenep yang dijamas tahun ini berjumlah sebanyak lima pusaka. Sedangkan pusaka leluhur Desa Aeng Tongtong juga sebanyak lima pusaka. Kemudian, untuk pusaka milik petinggi kabupaten, seperti Bupati, Kapolres, Dandim, dan Kepala Disbudporapar Sumenep, berjumlah sebanyak tujuh pusaka. (bus/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *